Langkah Jokowi berlebaran di Aceh merupakan cara berkomunikasi ‘out of the box’.
Presiden Joko Widodo kembali membuat keputusan ‘berbeda’. Malam takbir ia memutuskan tidak bermalam takbir dan Salat Id di Masjid Istiqlal. Alih-alih ada di Jakarta, presiden terbang ke Aceh, berkunjung ke Nagan Raya, Meulaboh, dan bermalam takbir serta Salat Idul Fitri di Banda Aceh.
Di Bumi Serambi Mekah, Jokowi mengutarakan alasan di balik kebijakannya ber-Idul Fitri di luar Jakarta. “Wilayah Indonesia itu terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Papua. Tahun ini saya awali Lebaran dari Aceh, dari Barat. Tahun depan, Insyaallah, pindah ke Sumatera Barat, tahun depannya ke NTB, dan Maluku. Supaya semua bisa merasakan. Karena Jokowi itu presidennya Indonesia, bukan hanya di Jakarta saja,” katanya usai Salat Dzuhur di Masjid Babussalam, Kabupaten Aceh Barat.
Pemandangan masyarakat yang rindu bertemu pemimpinnya nampak di Bandara Cut Nyak Dien, Nagan Raya. Jokowi disambut ratusan warga yang berebut bersalaman dan mendapat bingkisan dari presiden. “Nggak dapat?” tanya Jokowi menunjuk kerumunan warga di balik pagar yang menyambutnya. Tak lama, ia pun mengeluarkan amplop dan mengggenggamkannya ke penduduk Aceh itu.
Didampingi Ibu Negara, Iriana, beduk takbir ditabuhnya di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Menjadi saksi Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan istri Niazah A Hamid, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan.
Langkah Jokowi ini memberi perspektif berbeda, sebagaimana akhir tahun lalu memilih Natal bersama digelar di Jayapura, dan bukannya di Jakarta Convention Centre. SBY pernah bernatal bersama di Papua pada 2004, pun demikian saat ber-Salat Idul Adha bersama korban tsunami di Banda Aceh Januari 2005. Tapi, ada presiden bertakbir dan Salat Idul Fitri di Aceh, rasanya baru sekali ini.