Jauh-jauh ke Yogyakarta, kelompok ini mengemas sebuah pameran lukisan sebagai karya feature. Perencanaan menjadi kata kunci.
Mereka berlima: Angesti Citra, Adrianus Eduard, Amanda Faras, Handita Fajaresta dan Rizky Hidayat pergi ke Yogyakarta untuk membut tugas akhir mata kuliah Feature Media Siar Universitas Multimedia Nusantara. Kekompakan dan kesolidan mereka diuji, karena –dalam catatan pengajar- mereka berganti-ganti topik. Dari membuat feature tentang bagaimana seorang ateis menghadapi hidup, hingga berencana mengangkat sebuah kampus yang diprotes karena memasang figur berhijab sebagai model iklan menyambut calon mahasiswa baru.
Akhirnya, mereka mengambil pameran lukisan bertajuk ‘The Art of Nguwongke’ dalam rangkaian memperingati Hari HAM di Taman Budaya, Yogyakarta. Wawancara ala ‘walk and talk’ pun mereka lakukan dengan Ismanto, salah seorang pelukis.
Jelas, lemahnya konsep menjadi sisi kurang kelompok ini. Perencanaan minim dan terkesan dadakan, terakhir mereka akan meng-eksplore Gedung Agung Istana Yogyakarta sebelum secara ‘kebetulan’ menemukan pameran ini.
Selain itu, minim variasi gambar. Selain bisa diberi ilustrasi musik pada paket, saat Adri berjalan bersama narasumber (walk and talk) sebaiknya diberi footage lukisan-lukisan secara lebih detail.
Cerita perjalanan
Tim ini memaparkan tentang pembagian tugasnya. Adri kali ini menjadi pembawa acara, sementara Amanda bertugas sebagai pengendali kamera bersama Hidayat. Tugas Amanda mengikuti obrolan Adri dan Iswanto, dengan Hidayat menunggu di garis akhir perjalanan mereka. Adapun Citra mengarahkan kedua camera person agar gambar yang diambil sesuai dengan konsep.
Saat diskusi berjalan, Handita juga berkeliling untuk mengambil gambar-gambar lain di galeri, yang nantinya kami gunakan sebagai footage.
“Kelompok Feature Media Siar ini bisa dibilang kelompok terbaik saya di semester ini. Mungkin karena kita bukan sekedar bersama tetapi berusaha untuk sama-sama mengerti,” kata Citra yang menjadi ‘tuan rumah’ di kota gudeng. Ia berpendapat, ‘teamwork’ merupakan hal terpenting dalam melakukan sebuah liputan yang melibatkan banyak orang.
Amanda memaparkan, di kelompok ini ia bisa belajar banyak dari kebersamaan yang dibangun. “Dari mulai menetukan ide-ide peliputan hingga eksekusinya, pasti ada kendala. Namun, kembali lagi kita berdiskusi menyatukan ide dari masing-masing individu yang menjadikan satu angle,” cerita Manda. Setiap orang pasti memiliki keegoisan masing-masing. Namun, mereka bisa meluruskan dan menyelaraskan keegoisan menjadi suatu pelajaran.
Hal yang sama disampaikan Hidayat. “Saat mengumpulkan ide selalu terjadi debat yang cukup lama, tetapi kami bisa mengatasinya dengan baik dan damai,” paparnya.
Dita pun demikian. Ia menganggap kelompok Feature Media Siar ini sangat komunikatif. Hal itu membuat proses pra-produksi, produksi, hingga pasca produksi menjadi lebih menyenangkan sehingga kelompok ini menjadi salah satu bagian yang lambat laun membentuk keluarga kecil. “Bersyukurnya, halangan-halangan bisa kami lewati bersama. Mulai dari masalah kepribadian, hingga yang muncul dalam berjalannya seluruh produksi,” ungkapnya.