Liputan ini menonjolkan sisi Indonesia yang beragam. Sayang, mestinya tak terjebak menjadi paket ‘hard news’.
Dibuka dengan footage dari youtube yang menampilkan Indonesia nan beragam, paket berdurasi 2 menit 52 detik ini karya bersama Anggie Ramdhiani, Yosia Eklesia, Michelle Tania, Petrus Aditya dan Sullivan. Tapi, sebagai project untuk ujian akhir Feature Media Siar, seharusnya para mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara ini cermat membedakan, mana paket feature dan straight news.
Secara pengambilan gambar, pilihan menyorot ‘kerumunan’ peserta parade ‘Kita Indonesia’ sudah cukup baik, disusul kibaran bendera Merah Putih nan memberi sentuhan nasionalisme. Narasi pun sudah cukup oke, meski kemudian ‘lompat’ menjadi ‘vox-pop’ dari para peserta aksi.
Semestinya, untuk liputan feature, jurnalis televisi mengambil angle humanis secara khusus, atau personalisasi tokoh/aktor dengan mendalam. Secara stok, ‘gambar-gambar cantik’ yang mereka kumpulkan begitu kaya, tapi visual yang bertebaran terasa kurang istimewa karena disebar semua. Dari gambar barongsai, tari jawa, reog, ogoh-ogoh Bali, penari jogetan di panggung, balon ‘Kita Indonesia’ akan lebih menarik jika diambil satuuuuu saja sebagai angle khusus buat feature.
Beruntung memang, pesan liputan ini tercermin eksplisit dari PTC Closing yang dibawakan apik oleh Anggie, “Keberagaman Indonesia masih dibutuhkan sebagai alat pemersatu bangsa. Mari bersatu untuk merayakan keberagaman Indonesia!”
Cerita peliputan
Duet reporter dan campers Anggie dan Yosia berkisah, liputan ini menguras tenaga, karena di tengah keramaian massa, ia harus pintar mencari narasumber dan empat yang cocok untuk take reporter. “Tapi tetap seru dan menambah pengalaman baru bagi kami, berada satu suasana dengan jurnalis media mainstream di sebuah even besar,” kata Anggie.
Selain cameraperson untuk reporter, tim ini mengerahkan dua campers khusus untuk ‘belanja’ footage, Michelle dan Petrus. Michelle menganggap liputan kali ini cukup mengesankan meskipun harus berdesakan dengan peserta parade bhineka 412. “Pengalaman menarik. Saya harus berlari, dan menerobos kerumunan banyak orang. Banyak hal yang melelahkan namun menyenangkan untuk dilakukan,” urainya.
Rekannya, Petrus Bayu berpendapat, penuhnya atribut partai menjadi kendala tersendiri. “Saya harus mencari celah untuk footage yang menarik dan dapat digunakan dengan maksimal,” paparnya.
Sementara Sullivan menjadi floor director, mengaku sempat kesulitan mengatur alur empat rekan lainnya di ‘lapangan’ nan penuh crowd. “Sulit mengatur alur ditengah acara yang dikuti banyak orang . Tapi ini jadi pengalaman dan tidak akan saya lupakan,” kenangnya.