Lima Srikandi Mengangkat Luis Milla

Ini karya Ujian Tengah Semester Jurnalistik TV mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara. Untuk ukuran jurnalis profesional tentu masih jauh dari standar. Tapi, not bad bagi level mahasiswa semester empat…

Lima srikandi Gracesillya Febriyani, Loretta Novelia, Ika Rodhiah, Riska Andriani, Sheren Oliviani memutuskan mengangkat sosok Luis Milla sebagai angle dalam peliputan latihan timnas U-22 di lapangan Sekolah Pelita Harapan. Ada poin-poin khusus dalam karya paket berita 2 menit 56 detik yang mereka buat sebagai kelengkapan UTS ini.

Pertama, leadnya layak diperdebatkan. “Luis Milla Aspas, siapa yang tidak kenal namanya? Pria 51 tahun ini…” Sesungguhnya, meski mantan pemain timnas Spanyol yang pernah main di tiga klub besar La Liga, nama Luis Milla juga belum tenar-tenar amat. Setidaknya bila dibandingkan nama Pep Guardiola, Luis Enrique, Luis Figo, dan bintang-bintang ‘lulusan’ La Liga lain. Banyak pencinta bola tanah air baru akrab dengan nama Milla saat ia masuk bursa calon pelatih timnas.

Selain itu, minimnya visual tentang Luis Milla di awal paket membuat narasi yang mereka buat kurang selaras dengan visual yang ditampilkan. Saat narrator/pengisi suara menyebut Luis Milla, harusnya fokus pada video menunjukkan wajah pelatih timnas Indonesia anyar itu. Jika pun tak punya stok memadai, bisa ditampilkan gambar berupa grafis data dirinya atau still image lain.

Inisiatif memunculkan grafis susunan peringkat timnas dibandingkan negara-negara tetangga cukup kreatif. Hanya saja, belajarlah lebih detail dan akurat. Tentu yang benar, Indonesia ada di peringkat keenam untuk negara-negara Asia Tenggara, bukan peringkat keenam Asia. Hebat banget dong kalau timnas Garuda ada di ranking enam di antara seluruh negara Asia.

Kelemahan lain, paket berita ini minim memunculkan CG (judul, teks, atau tulisan di layar). Hadirnya CG (character generator) amat membantu pemirsa dalam mengikuti isi berita, karena tak semua penonton televisi dapat mendengarkan audio berita dengan jelas. Banyak yang menyimak berita televisi sambil lalu, misalnya sambal mengerjakan pekerjaan lain, sembari antre di bank atau loket rumah sakit, di ruang tunggu bandara, dan lain-lain. Di sinilah peran CG menjadi amat signifikan. Harapannya, kekurangan semacam ini bisa dibenahi saat Ujian Akhir Semester.

Dalam PTC, usahakan menulis nama reporter lengkap, minimal dua kata, dan jangan hanya menampilkan nama panggilan. Ide memberi variasi PTC Grace dengan insert sekuence Milla itu sungguh keren, jadi pemirsa tak hanya menyaksikan wajah reporter saat ia on-cam, namun mendapatkan gambar yang selaras dengan ucapannya.

Catatan Para Peliput

Gracesillya Febriyani, dan kawan-kawan meliput menggunakan tiga kamera DSLR dan tripod. Mereka bersepakat memilih mengangkat konsep tentang Luis Milla seperti bagaimana cara Luis Milla melatih U-22 dan lain sebagainya.

“Kendala saat kami melakukan liputan cukup banyak,” kata Loretta. Mulai dari penyesuaian jadwal liputan yang terus tidak cocok karena ada kelas, lalu saat tiba di lokasi ternyata mereka tidak diperbolehkan mengambil foto dan video yang terlalu dekat dengan pemain. “Akibatnya video yang kami ambil tidak cukup fokus,” kata Riska, yang juga berperan sebagai videographer.

Tim ini bercerita, pada saat latihan, para pemain berlatih di tengah lapangan dan cukup jauh dari jarak batas, sehingga membuat mereka kesulitan dalam pengambilan gambar. “Selain itu, pada saat latihan selesai, kami tidak diperbolehkan untuk mewawancarai para pemain dan hanya diperbolehkan mewawancarai Bima Sakti,” kata Ika.

Perjuangan mereka cukup panjang. Sebelumnya, mereka terlebih dahulu mencari kontak salah satu pemaim Putu Gede Juni Antara. “Lalu kami mencoba untuk mengontaknya dan meminta izin apakah boleh kami mewawancarainya, namun, Putu tidak merespon,” urai Sheren. Akhirnya, mereka memilih memasukkan info grafis terkait prestasi timnas, karena keterbatasan soundbyte dari narasumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published.