Bergaya dengan Drone di atas Langit Serpong

Karya tim ini menjadi optimal dengan alat khusus yang membuat mereka tampak bermodal. Gambar atas gedung pertunjukan diambil dengan drone membuat suasana peliputan konser menjadi lebih nyata.

Aleksandra Ekhe, Dara Ivory, David Tantra, Misha Pattiradjawane dan Stefanus Putra bersama hadir di Indonesia Convention Centre Serpong meliput konser ‘Wings Tour BTS 2017’ sebagai karya akhir mata kuliah TV Journalism Universitas Multimedia Nusantara.

Beda dengan kelompok-kelompok sebelumnya, tim ini memberikan sentuhan khusus dengan visual dari drone. Sederhana memang, namun sedikit effort lebih membuat karya mereka memiliki keunggulan khas dibandingkan yang lain. Apalagi, drone itu muncul tepat di saat membahas momen histeria para ‘Army’ –sebutan untuk penggemar BTS- kala melihat seseorang yang dianggap salah satu personel band idola mereka, melongok dari kamar atas Hotel Santika Premiere ICE.

Dibuka dengan bumper mata acara yang keren, Sandra tampil sebagai host dengan gaya menawan. Wardrobe dan cara penampilannya amat feminin, beda sekali dengan keseharian dan penampilan ‘tomboy’-nya saat UTS liputan timnas, hehehe…

Satu masukan, seharusnya sebagai presenter ia tak perlu melangkah meninggalkan layar, tetap saja berdiri di tempat, dan kamera yang akan bergeser meninggalkanya.

Penampilan Dara dan Misha sebagai reporter di lapangan juga cukup percaya diri. Baik sebagai pembawa PTC maupun live report. Hanya saja, sebaiknya tak usah menyapa narasumber dengan ‘kakak’ tapi cukup dengan namanya.

Lagi-lagi, kekuatan karya mereka ada pada polesan editing, ditambah suasana lebih pada munculnya visual Gedung ICE dan keramaiannya diambil dari atas. Secara keseluruhan peliputan, mereka memakai canon 700d, lensa kit,tripod, lensa EF18-135, leica m, lensa kit. DJI Mavic-Drone, dan perangkat headset.

Jempol!

Di balik layar peliputan

Sandra mengaku, awalnya ia agak ragu menjadi anchor. “Saya memberanikan diri saya untuk menjadi seorang presenter. Saya tahu, saya tidak terlalu suka suasana kaku, jadi saya memilih untuk mengambil gambar di taman dan posisi berdiri serta duduk di bangku taman. Karena berita yang dibawakan juga merupakan soft news,” paparnya. Selain menjadi host, ia juga merangkap sebagai pengisi suara paket dan pengarah acara.

Dara, reporter PTC berkisah, kesulitan dan kendala dalam suatu kelompok memang pasti terjadi namun kelompok kami dapat menyelesaikannya dengan cara baik dan kepala dingin. “Dengan begitu kita dapat sama-sama belajar dari sebuah kesalahan,” ungkapnya.

Adapun Misha bercerita tentang susahnya ia mengambil take live. “Saya mengulangnya berkali-kali, lebih dari 10 kali. Karena ada saja halangannya, mulai dari mulut saya yang belibet, sampai orang jalan menghalangi kamera,” ungkapnya. Ia pun meminta temannya menjaga agar orang lain tak in frame dalam area yang disepakati.

David Tantra paham benar peran besarnya sebagai camera persons. Ia merasa mengambil gambar merupakan tanggung jawab yang cukup besar untuk di lakukan. “Karena bagus atau tidaknya gambar itu tergantung dari kami para campers yang menggambil gambar,” katanya.

Tentu saja tugas ini sangat memberikan pengalaman yang luar biasa bagi David. “Kami berusaha keras menjadi juru kamera yang baik, agar nanti pada saat kita masuk dunia kerja kita bisa melakukannya dengan benar dan tidak mengecewakan penonton,” ungkapnya.

Stefanus, tokoh di balik editing, pembuatan bumper, dan drone mengungkapkan isi hatinya. Menurut Stefanus, karena tak puasa dengan belanjaan sehari, mereka mengambil gambar selama dua hari. Termasuk saat momen penukaran tiket di H minus satu acara. “Saya mengedit video untuk menjadi sebuah paket berita lengkap. Membuat bumper in-out, berita berjalan, dan semua grafis yang ada di video itu,” urainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.