Adakah sesuatu yang berkurang dari diri kita saat minta maaf?
Maka, di antara berbagai pertanyaan dan polemik itu, pertama-tama kita sampaikan salut serta apresiasi pada para pemain Persija yang berdiri berjajar meminta maaf kepada para pendukung Persib Bandung.
Sebagaimana dimuat di website resmi dan akun media sosial Persija Jakarta, dua pemain paling senior tim ‘Macan Kemayoran’, Ismed Sofyan, berdiri terdepan menyampaikan permohonan ampunan itu.
“Saya Ismed Sofyan sebagai kapten tim dan saya Bambang Pamungkas mewakili keluarga besar Persija memohon maaf karena telah menyinggung hati, perasaan dari seluruh suporter dan seluruh keluarga Persib Bandung. Apa yang terjadi di dalam video bukanlah kesengajaan namun demikian tidak juga dapat dikatakan benar. Oleh karena itu dengan hati yang tulus kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kejadian ini bisa menjadikan pelajara bagi kita semua,” demikian pernyataan Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas yang didampingi seluruh anggota tim Persija.
Dunia media sosial berkembang begitu cepat. Apapun yang terjadi, begitu mudah terviralkan dan tersebar secara instan. Bermula saat dua hari lalu, tersebar cuplikan video di media sosial yang memperlihatkan beberapa pemain Persija sedang bernyanyi. Namun, di sela-sela candaan itu, terdengar ucapan kata-kata yang tidak pantas terhadap Viking -kelompok suporter pendukung Persib Bandung.
Maka, makian dan hujatan pun segera mengalir, terutama di media sosial. Ancaman melakukan tindakan hukum terhadap Persija maupun personal pemain yang melakukan pelecehan verbal itu tersiar. Beruntung, jiwa besar Persija keluar, dengan terbitnya permintaan maaf itu.
Pelajaran dari Arteria Dahlan
Kasus lain datang dari makian legislator PDI Perjuangan Arteria Dahlan. Pria yang akrab dipanggil ‘Thery’ ini mendamprat Kementerian Agama, dalam rapat kerja Komisi III dengan Kejaksaan Agung. Membahas berbagai kasus penipuan jasa umroh, legislator asal Jawa Timur yang masuk ke Senayan menggantikan Djarot Saiftul Hidayat itu memang terkenal dengan gayanya yang begitu berapi-api. Selain kali ini ‘menghajar’ Kementerian Agama, Arteria pernah menyindir pimpinan KPK hanya karena dalam raker dengan DPR tak menyapa anggota dewan dengan sebutan ‘Yang Terhormat’.
Akhirnya, setelah sempat berkelok-kelok dan menyebut makiannya ditujukan pada ‘oknum’ Kementerian Agama -bukan pada institusi dan terlebih pada sang menteri Lukman Hakim Saifuddin- Arteria mengakhiri polemik ini.
“Kalau ada ketersinggungan, mohon maaf. Kalau saya menyinggung Pak Menteri (Menag Lukman Hakim Saifuddin) dan teman-teman Kemenag,” kata Arteria.
Arteria juga mempersilakan bila Kemenag ingin melaporkannya ke Mahkamah Kehormatan DPR. “Kalau di MKD kan bagi saya itu kan hak orang, saya tidak bisa melarang,” ujar Arteria.
Terlepas apakah permohonan maaf itu berujung politis, karena saat ini tengah masuk tahapan jelang pengumuman daftar calon legislatif untuk pemilu tahun depan, apa yang dilakukan Arteria tetap harus dibilang ksatria. Kalau masih ada yang tak puas, silahkan saja lanjutkan langkah berikutnya.
Persija dan Thery Dahlan telah tunjukkan, minta maaf itu tak sulit. Selalanjutnya, ikuti maaf itu dengan tindakan konkret. Jangan mengulangi perilaku serupa.
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/3_5aJNv