Pertandingan Arema FC melawan tamunya Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Kepanjeng, Malang menyajikan keseruan di lapangan. Arema yang terbenam di dasar klasemen bertekad memetik poin tiga perdana alias kemenangan pertama. Gol demi gol tercipta.
Sontekan Thiago Furtuoso membawa tim ‘Singo Edan’ unggul dulu di menit ke-19. Beda semenit, giliran Persib mengubah papan skor. Ezechiel Ndouasel, striker asal Chad itu bahkan membuat ‘Pangeran Biru’ unggul karena bikin gol lagi di babak kedua, tepatnya menit ke-78.
Kualitas pemain asing kembali terlihat saat Arema terhindar dari kekalahan. Balsa Bozovic, pria asal Montenegro membuat skor imbang di menit ke-88. Nah, di menit-menit akhir inilah, terjadi kerusuhan.
Wasit memberi waktu tambahan tiga menit. Tapi jelang injury time berakhir, terjadi ‘pitch invation’ kala suporter tuan rumah menyerbu masuk ke lapangan. Bahkan, pelatih Persib asal Argentina Roberto Carlos Mario Gomez kepalanya berdarah setelah terkena lemparan benda keras.
Tampaknya Aremania tak puas pada dua hal: permainan timnya yang tak kunjung meraih kemenangan serta kepemimpinan wasit. Di pengujung babak kedua, Dedik Setiawan diusir wasit Handri Kristanto dan menjadi pemain pertama di Liga 1 musim ini yang mendapat kartu merah langsung. Unik juga kalau Aremania kecewa pada wasit asal Semarang itu, karena sebelum kartu merah keluar, Handri -pernah mendapat predikat wasit terbaik ISL- justru dianggap berat sebelah dan berpihak pada tuan rumah.
Kini, Arema dan Aremania harus siap meraih sanksi. Ini ironis. Karena beberapa hari sebelum pertandingan, pemain Persib sudah menyampaikan harapan agar pertandingan ini dipimpin oleh wasit yang fair. Tim pujaan masyarakat Jawa Barat itu pun harus masuk stadion dengan kendaraan taktis barracuda, demi keamanan mereka.
Ini kisah kelam kedua dalam sepekan setelah sehari sebelumnya, Micko Pratama, seorang pendukung Persebaya alias bonek, meninggal dunia usai mendukung timnya berlaga di Bantul. Persebaya menang 4-1 atas PS Tira, tapi keributan di Solo dalam perjalanan pulang para suporter memakan korban. Korban dianiaya sejumlah pemuda di pertigaan Kleco, Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo, pada Jumat malam, 13 April 2018 saat truk mereka dihadang kelompok anak muda lokal bersenjata batu dan kayu.
Ah, suporter Indonesia.. marilah dewasa. Persahabatan, kemanusiaan persaudaraan lebih utama daripada nyawa. Dan, sepakbola yang berkualitas juga jauh lebih baik daripada menyerbu lapangan!
seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/4_3GyZm