Revolusi Industri Boleh Jalan, Tapi Kita Harus Optimistis!

Bukan Presiden Jokowi jika tak menanamkan nilai-nilai optimisme pada rakyatnya. Pada pembukaan Indonesia Internasional Motor Show 2018, Presiden Jokowi menegaskan, ia percaya pada prediksi yang baik-baik. Tapi, terkait ramalan buruk yang menimpa bangsa ini, Jokowi tegas menyatakan tak percaya. Hal ini termasuk prediksi bahwa Revolusi Industri 4.0 akan mengurangi banyak kesempatan kerja di Indonesia.

Menurut Presiden Jokowi, peralihan teknologi dari era industri sebelumnya menuju industri 4.0 justru akan membuka peluang baru yang luar biasa besar. Namun, para pelaku industri dituntut untuk dapat memahami, mempersiapkan, dan mengikuti perubahan-perubahan yang ada.

Menarik sekali saat Jokowi mengambil contoh amat sederhana, bagaimana transformasi layanan ride sharing ala Go-Car dan GrabCar misalnya, tidak malah mengurangi tenaga kerja manusia.

Jokowi mengungkapkan, kehadiran layanan serupa itu disebut-sebut mengubah tren konsumsi dari yang mulanya jual-beli menjadi apa yang disebut Presiden dengan ‘panggil mobil’. Pelanggan kini bisa mengakses angkutan mobil, kapan saja, di mana saja, dengan menggunakan aplikasi di gawainya masing-masing.

“Tren-tren seperti ini harus kita baca. Akhirnya banyak yang menyampaikan, ngapain orang masih beli mobil kalau bisa mengakses transportasi mobil, kapan saja dan di mana saja, dengan menggunakan aplikasi mobile?” tuturnya.

Perubahan tren konsumsi dan skema bisnis seperti itu yang merupakan dampak dari era industri 4.0 diprediksi dapat mengancam keberlangsungan industri otomotif di Tanah Air apabila memang benar terjadi. Namun, Jokowi tidak begitu saja percaya dengan prediksi-prediksi serupa itu.

“Itu prediksi-prediksi dan itu yang saya enggak percaya. Kalau yang pesimis-pesimis seperti itu saya enggak percaya,” ujarnya.

Presiden Jokowi percaya bahwa revolusi industri di sektor otomotif justru akan meningkatkan pertumbuhan industri otomotif itu sendiri, bukan malah menciut. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di sektor otomotif dan sektor transportasi pun disebutnya juga akan bertambah, bukan malah berkurang.

“Bahwa jenis pekerjaannya akan berubah, iya. Bahwa pekerja harus bergeser ke jenis pekerjaan yang agak berbeda, iya. Tapi bahwa jumlah pekerja di sektor otomotif dan transportasi akan berkurang, menurut saya tidak,” ucapnya.

Contoh yang dia berikan amat simple.

Menurut Jokowi, kita bisa mengetahui bahwa kendaraan yang digunakan dalam layanan ride sharing kini seolah bertindak menjadi kendaraan umum di mana setiap kendaraan bisa dipakai banyak orang dan terus menerus. Hal itu memunculkan kebutuhan yang jauh lebih besar akan perawatan kendaraan secara rutin.

“Ya pasti mobil itu akan harus dirawat lebih intensif. Mobil itu harus sering dicuci. Kalau kita lihat, cuci mobil terutama interiornya itu adalah sebuah jasa yang padat karya. Merawat (memperbaiki) mobil itu adalah jasa yang padat karya,” ungkapnya.

Selain itu, dengan digunakannya kendaraan tersebut secara terus menerus untuk melayani pelanggan selama 20 atau bahkan 24 jam per hari, sudah tentu kebutuhan akan perbaikan berkala juga semakin meningkat. Masa pakai kendaraan pun akan lebih banyak berkurang.

“Masa pakai dari mobil akan lebih cepat. Artinya produksi mobil harus lebih banyak,” ujarnya.

Nah kan, sederhana kan?

Jadi tak usah pesimistis bahwa Revolusi 4.0 dan berbagai bentuk Kecerdasan Buatan akan meminggirkan manusia.

Tetap optimis, seperti Jokowi dengan Jaket kulit Denimnya!

Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/4_40Miu

Leave a Reply

Your email address will not be published.