CHECK IN: BIK

Biak. Ini nama pulau di atas leher burung Papua yang masuk sebagai satu kabupaten di kawasan Teluk Cenderawasih. Nama bandaranya, Frans Kaisiepo, diambil dari pahlawan nasional yang jadi Gubernur Irian Barat 1964-1973. Anda pasti akrab dengan tokoh ini karena wajahnya ada di lembaran uang Rp 10 ribuan. Frans terlibat dalam Konferensi Malino 1946 mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam Bahasa Biak, artinya ’tanah yang panas’. Belakangan, Bung Karno memanjangkan makna IRIAN sebagai ‘Ikut Republik Indonesia Anti Nederland’.

Bahagia sekali bisa berkunjung ke Kabupaten Biak dan Supiori, dua pulau berbeda yang dihubungkan jembatan di atas Selat Sorendiweri. Widiih, pakai disambut acara adat, nyanyi dan tari-tarian.

Meski hanya dua hari, perjalanan ke Biak dan Supiori amat mengesankan. Bangga singgah di Bandara Biak, yang pada 1996-1998 pernah jadi lapangan terbang internasional, melayani transit penerbangan Garuda Indonesia dengan pesawat berbadan lebar MD 11 dari Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles. Semoga status bandara internasional segera hidup lagi.

Diberkatilah pulau ini. Diberkatilah anak mudanya. Diberkatilah aktivis gerejanya. Diberkatilah para pemimpin lokalnya. Diberkatilah industri pariwisata dan perikanannya. Jauhlah dari sikap ego untuk kepentingan sendiri, perilaku sosial yang kurang sehat, dan sifat-sifat lain penghambat kemajuan.

Terus berkembanglah Biak, Supiori, dan Papua pada umumnya. Papeda: Papua Penuh Damai. ‘Iri’ artinya ditempatkan atau diangkat tinggi, sementara ‘an’ artinya bangsa. Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi. Itu sudah!

Leave a Reply

Your email address will not be published.