Semiotika Jokowi: Menanti Hasil Pemilu Sambil Buka Bersama TNI Polri di Monas

Jokowi adalah figur pemimpin yang tak banyak bicara. Justru dari tidak banyak bicaranya itulah setiap perbuatan, jadwal, dan gesturnya sarat makna. Bukankah semakin seseorang banyak bicara, maka semakin mudah diukur kedalaman ilmunya? Tapi, begitu seseorang hanya bicara seperlunya, dan melakukan banyak hal yang penuh interpretasi, maka orang jadi bertanya-tanya untuk menafsirkan segala hal tentang dirinya. Dari bahan perbincangan di warung kopi, sampai jadi tema talk show di televisi.

Ketika gelombang deklarasi dari kubu sebelah terus dilakukan, bahkan berbumbu ‘makar’ yang berakibat pentolannya digiring ke jalur hukum, Jokowi santai saja. Apalagi masuk bulan Ramadan. Puasa harus jalan terus. Ya ibadahnya, tapi juga ritual berbuka puasa, momen yang paling ditunggu setiap hari saat beduk adzan maghrib terdengar.

Jokowi larut dalam agenda-agenda itu. Buka puasa bersama di rumah Ketua DPR Bambang Soesatyo dan Ketua MPR Zulkifli Hasan di komplek pejabat Widya Chandra, Ketua DPD Osman Sapta Odang di Kuningan Jaksel, buka bersama jurnalis di rumah makan D’Cost Abdul Muis Jakpus, sampai buka bersama TNI Polri.

Nah, ngomong-ngomong soal BukBer TNI Polri, di sinilah kecerdikan Jokowi dan orang-orang dekatnya memilih lokasi. Kawasan Lapangan Monumen Nasional adalah pilihan tempat BukBer TNI tahun ini.

Bandingkan saat Presiden Jokowi dan Wapres JK nenghadiri buka puasa bersama keluarga besar TNI, Polri, dan masyarakat di Mabes TNI Cilangkap pada 5 Juni 2018.

Atau saat Jokowi menghadiri buka puasa bersama dengan Keluarga Besar Polri di Ruang Auditorium STIK-PTIK, Selasa 20 Juni 2017.

Kenapa Lapangan Monas yang dipilih?

Jokowi adalah orang lapangan. Ia tahu setiap detail perkembangan peristiwa yang terjadi di wilayahnya. Jika Anda pergi ke area Monumen Nasional akhir-akhir ini, akan nampak sekali bedanya. Saya yang rutin bermain futsal bersama kawan-kawan office boy kantor dua kali sepekan mendadak amat kaget. Ternyata sejak April lalu, ribuan anggota Brigade Mobil dari berbagai kepolisian daerah dikerahkan ke Monas. Ada dari Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan lain-lain.

Pagi dan sore, kawan-kawan pasukan pemukul kepolisian ini menggelar apel. Mereka tidur, mandi, dan latihan di titik sentral di ibukota itu. Seandainya salah satu bagian Jakarta ada kondisi alert, dengan mudah mereka siap digerakkan dalam waktu cepat.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjawab tegas, tidak ada yang salah dari pengerahan Brimob ini. “Kan, setiap pejabat memiliki antisipasi, mitigasi situasi. Jadi bukan berarti situasinya enggak aman. Kan, begitu,” kata Panglima TNI 2013-2015 itu usai rapat koordinasi di Kemenkopolhukam, Jakarta, beberapa saat lalu.

Di Monas, Kamis, 16 Mei 2019, Jokowi bicara.

“Saya sangat menghargai, sangat mengapresiasi kerja keras itu,” kata Jokowi memberi penghargaan pada pengamanan pemilu yang sukses dilakukan TNI Polri.

Jokowi juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan beragam suku, agama, ras, budaya, adat, hingga tradisi yang berbeda-beda.

“Alhamdulillah sampai saat ini, dan kita harapkan seterusnya, negara ini akan terus aman,” lanjutnya.

Menurut Jokowi, stabilitas politik dan keamanan adalah syarat mutlak bagi pembangunan bangsa Indonesia. Hal tersebut, lanjutnya, tidak akan terjadi jika TNI dan Polri tidak solid dan bersinergi.

“Artinya apa? Saat ini kita bisa bekerja membangun negara ini karena TNI dan Polri sangat solid dan sangat bersatu. Itu rakyat yang berbicara, saya hanya mendengar. Senang rakyat kalau melihat TNI dan Polri bersatu,” ungkapnya.

Keputusan Jokowi berbuka puasa bersama TNI Polri di Monas, sekaligus memberikan apresiasi atas kerja keras dalam pengamanan pemilu dan memastikan segera cairnya THR serta gaji ke-13 bagi TNI Polri, menunjukkan ia pemimpin yang menyatu dengan pasukannya.

Jokowi tak segan menyantap hidangan buka puasa dengan nasi kardus, yang tentu jauh dari kesan mewah jika dibandingkan dengan sop dan sate kambing, jagung bakar, serta bakmi godok di rumah Ketua DPD Osman Sapta sehari sebelumnya.

Akun twitter Kantor Staf Presiden langsung memasang tagar #JokowiBersamaTNIPolri. Tegas sekali. Meski bukan hal yang baru.

Anda masih ingat saat Jakarta sedang ramai demo berseri 411, 212 dan sebagainya? Jokowi tidak banyak bicara. Sebaliknya, agenda kegiatannya menjawab secara non verbal.

Saat itu, Jokowi memilih berkeliling. Pada 7 November 2016 Jokowi memberikan pengarahan kepada prajurit TNI di Markas Besar TNI AD Medan Merdeka Utara Jakarta, 10 November 2016 berkunjung ke Mako Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Cijantung, 11 November 2016 ke markas Marinir Cilandak, 12 November 2016 Jokowi ke Lapangan Markas Brimob Cimanggis dan 15 November 2016 ke Lanud Sulaiman Bandung menyapa Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU dan Secapa TNI AD

“Saya datang ke markas-markas di TNI, di Polri ini untuk memberikan rasa tentram bagi masyarakat, ketentraman bagi masyarakat, kepastian ketentraman bagi masyarakat. Karena pasukan semuanya pada posisi siap mengamankan negara, mengamankan bangsa,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan, di Markas Komando Korps Pasuskan Khas TNI AU, di Margahayu, Bandung, 15 November 2018.

Kali ini pesannya tak berbeda. Mau kapan pun pengumuman hasil pemilu, TNI dan Polri siap mengawal. Jangan biarkan berita-berita di Grup Whats App dan media sosial menimbulkan kecemasan. Bisnis harus berjalan as usual, ekonomi pasca pemilu harus bergerak agar Indonesia terus berkembang mencapai visi sebagai negara maju.

Siap menjaga keamanan dengan tidak menyebarkan ketakutan dan yakin bahwa 22 Mei, 25 Mei, 20 Oktober dan seterusnya Indonesia akan aman, tenteram, damai, dan maju?

Siap, Presiden Jokowi!

(JJO)

Leave a Reply

Your email address will not be published.