TERJAWAB sudah kepingan terakhir Liga 1 musim 2019 setelah gelar juara milik Bali United, tim jelmaan Putera Samarinda, yang dua musim sebelumnya gagal juara di hari-hari terakhir musim kompetisi.
Bali dipastikan juara saat liga masih menyisakan empat pertandingan. Tak heran, kala menjamu PS Tira Persikabo di Gianyar, klub berjuluk ‘Serdadu Tridatu’ ini tak didampingi pelatih Stefano Teco Cugurra dan tanpa sepuluh pemainnya yang sudah berlibur.
Sebuah kebijakan unik. Kompetisi belum selesai, pelatih pulang ke Brazil dan pemain inti diizinkan vacancy. Saat skor berakhir 0-1 untuk Tira Persikabo, Semeton Bali United menganggap tim pujaannya sengaja melepas partai itu untuk tim tamu, yang sangat memerlukan tiga poin demi lepas dari zona degradasi.
Setelah Bali dinyatakan juara, teka-teki berikutnya yakni mengenai tim mana yang bakal terdegradasi musim ini. Pertanyaan itu terjawab saat Liga 1 menyisakan dua laga. Komposisinya serupa dengan musim sebelumnya, dua tim Sumatera dan satu asal Kalimantan.
Pada musim 2018 pesakitannya adalah Sriwijaya FC, PSMS Medan dan Mitra Kukar. Ceritanya terulang. Dua tim asal Pulau Andalas terjerembab yakni Perseru Badak Lampung FC dan Semen Padang. Sementara dari Pulau Borneo, Kalteng Putra bernasib serupa. Sebagai tim promosi yang hanya numpang lewat semusim di kasta tertinggi kompetisi, lalu terperosok lagi ke Liga 2.
Tiga pelatih asing dari tiga negara berbeda menyampaikan argumennya atas kegagalan tim yang mereka alami.
Pelatih Perseru Badak Lampung FC asal Slovenia, Milan Petrovic, menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Lampung atas kegagalan timnya.
“Sekali lagi saya mohon maaf. Kami sudah mencoba, tetapi mungkin kami tidak beruntung. Faktor lain yang menjadi penyebab kekalahan kami adalah kelelahan karena jarak laga antara Persija sampai Bhayangkara FC begitu dekat,” kata Petrovic.
Adapun pelatih Semen Padang dari Portugal, Eduardo Almeida, menyampaikan permohonan maaf kepada publik. Meski harus terdegradasi, Eduardo tetap mengapreasiasi perjuangan pemain Semen Padang. “Kami menunjukkan permainan yang baik, terus berusaha hingga akhir laga,” kata Edaurdo.
Di sisi lain, pelatih Kalteng Putra dari Brazil, Mario Gomes de Olivera, mengaku bertanggung jawab atas kegagalan Kalteng Putra bertahan di Liga 1. Gomes mengaku bangga bisa memimpin tim asal Palangkaraya itu.
“Saya selalu maksimal melatih tim ini, saya setiap hari bersama mereka. Anak-anak berjuang setiap pertandingan, sayang, kami tidak bisa bertahan di Liga 1,” Gomes menjelaskan.
Ada yang sedih, ada pula yang tersenyum. Jawa Timur boleh berbangga tetap menjadi kiblat sepakbola nasional. Selain tetap mempertahankan Persebaya, Arema, Madura United dan Persela di Liga 1, Jatim mendapat satu tambahan tim di liga elit musim depan.
Persik Kediri, Si ‘Macan Putih’ merayakan kembali comeback-nya ke Liga Utama. Sebagai pemilik bintang dua, peraih dua gelar juara liga kasta tertinggi pada 2003 dan 2006, Persik kembali ke Liga 1 dengan membusungkan dada: menyandang status Juara Liga 2 setelah semusim sebelumnya promosi dari Liga 3.
Persik kembali ke Liga Utama Bersama Persita Tangerang dan Persiraja Banda Aceh. Tentu, mereka tak ingin sekadar lewat seperti nasib Semen Padang dan Kalteng Putra di musim 2019.
Tulisan ini saya ketik dari sebuah hotel di Shinjuku, salah satu kawasan bisnis terpadat di Tokyo. Sehari sebelumnya, bersama beberapa pengurus Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), kami berkesempatan menyaksikan J League di Stadion Shonan BMW Hiratsuka.
Laga Liga Jepang yang kami saksikan adalah play off, duel hidup mati antara Shonan Bellmare yang ingin bertahan di J1 melawan Tokushima Vortis yang berambisi naik dari J2.
Setelah melalui serangkaian pertandingan play off, cukup seri bagi Shonan, tim asal Prefektur Kanagawa untuk mempertahankan status terhormat, setelah musim ini menempatkan mereka di urutan bawah J1.
Sebaliknya bagi Tokushima Vortis, tim asuhan Ricardo Roriques Suarez (45) asal Spanyol, itu perlu meraih tiga poin, menang, sebagai syarat naik level dari J2 ke J1.
Pertandingan berakhir 1-1. Tuan rumah tertinggal lebih dulu lewat gol Tokuma Suzuki di menit ke-20 sebelum seisi stadion pecah dengan sorak-sorai begitu aksi Temma Matsuda pada menit ke-64 menyamakan kedudukan. Shonan selamat dari degradasi.
Usai pertandingan, para pemain dari klub awal karir Hidetoshi Nakata, salah satu legenda sepakbola Jepang, ini menghampiri tiga sisi tribun. Mereka berterimakasih kepada para penonton yang setia mendukung tetap eksis di J1 League.
Satu sisi tribun lain, tribun selatan, dikhususkan untuk suporter berbaju baru dari pulau lain. Tokushima merupakan kota berpenduduk 250 ribu jiwa di Pulau Shikoku, sementara Shonan ada di Pulau Honshu, yang menjadi pulau utama sekaligus terpadat di Jepang.
Irama lagu Take ‘Em All milik Cock Sparrer, grup musik asal Inggris, terus dibahanakan pendukung Shonan di tribun utara. Sekilas mirip nyanyian Iwak Peyeknya Trio Macan.
“Iwak Peyek, iwak peyek, nasi jagung..
Sampek tuek, sampek elek, tetap disanjung….”
“Welcome to the Japan Professional League,” kata Presiden J League, Mitsuru Murai yang menemui kami di sela istirahat pertandingan.
Liga Jepang patut berbangga. Mereka menjadi rujukan sebagai salah satu liga profesional yang layak dilihat sebagai referensi. Padahal, konon, sebelum memulai kick-off pada 1993, para petinggi J League melakukan studi banding ke beberapa liga negara-negara lain. Termasuk belajar pengelolaan Galatama alias Liga Sepakbola Utama di Indonesia.
Kini Liga Jepang telah menghasilkan banyak pemain bertalenta yang diekspor ke benua biru. Selain Nakata, Kazuyoshi Miora dan Keisuke Honda, ada nama Junichi Inamato, Shinji Ono, Shinji Kagawa, Atsuto Uchida dan tentu saja Takumi Minamino yang bakal ber-jersey Liverpool di jeda transfer Januari 2020.
Sebaliknya, pemain veteran kelas dunia pun banyak melabuhkandiri ke Jepang. Fernando Torres di Sagan Tosu, Diego Forlan di Cerezo Osaka, serta Andres Iniesta dan Lukas Podolski di Vissel Kobe.
Seorang anggota dewan berkata, untuk bisa terpilih di parlemen tak cukup menonjolkan kapasitas, integritas, dan elektabilitas. Tapi juga harus memiliki ‘isi tas’ yang cukup sebagai modal untuk dibagi-bagikan kepada para calon pemilih.
Sementara itu di sepakbola, seyogyanya, rel untuk menuju promosi dan degradasi menuju gengsi di kasta tertinggi sebuah liga harus ditentukan menurut reputasi dan kredibilitas klub itu.
Modal guna membeli pemain dan pelatih bagus amat perlu, tapi ‘isi tas’ bukan syarat utama. Apalagi kalau tujuannya untuk mengamankan hasil pertandingan.
Selamat bergabung Persik Kediri di Liga 1. Konnichiwa, salam hangat dari Jepang…
*) Agustinus ‘Jojo’ Rahardjo, pencinta sepakbola asal Surabaya, merantau di Jakarta
sebagaimana ditayangkan di
https://jatimnet.com/promosi-degradasi-pertaruhan-gengsi-reputasi-dan-isi-tas