Empat hari tiga malam di Tanah Humba alias Pulau Sumba.
Dua puluh tahun silam, 2001 dan 2002, saya menginjak Tanah Sumba hanya sekitar setengah jam pada empat kesempatan. Pada dua kesempatan menuju Timor Leste dari Surabaya via Kupang, kapal cepat yang saya tumpangi sandar di Waingapu saat berangkat dan Waikabubak kala pulang. Di masing-masing kesempatan transit itu saya turun ke pelabuhan, sejenak menghirup udara segar di setiap perhentian.
Kini, bersyukur bisa ‘turun’ ke Sumba lebih lama. Empat hari tiga malam. Mendarat di Bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya, menumpang ATR 72-600 dengan perjalanan 1,5 jam dari Bandara Ngurah Rai, Bali.
Hahaha.. Ingatkah Anda nama Bandara Tambolaka ini pernah begitu tenar pada 2006?
Kala itu, pesawat terbang Adam Air jenis Boeing 737-300 dalam penerbangan dari Jakarta ke Makassar melakukan pendaratan darurat di Bandara Tambolaka, karena gangguan sistem navigasi. Sang pilot pun dijadikan tersangka oleh polisi.
Sebuah berita akbar terutama bagi warga lokal, karena bandara berkode TMC ini sebenarnya tak disiapkan untuk pesawat berukuran besar. Saya ingat, Majalah Tempo mengilustrasikan peristiwa itu dengan sebuah komik. Di salah satu panel komik, digambarkan seorang bapak terkejut dengan kehadiran Boeng 737 lalu menepuk kepalanya dan berkata, “Aih, Tuan Allah! Ada pesawat besar sekali….”
Dari Bandara Tambolaka kami melaju dengan mobil jemputan Grand Innova menuju Kabupaten Sumba Barat. Dari ujung utara ke sudut bawah, dari lapangan terbang ke kawasan pantai selatan. Jaraknya sekitar 60 kilometer, ditempuh lebih dari 1 jam 30 menit, termasuk mampir makan dan keperluan dinas di kantor pemerintahan Kabupaten Sumba Barat. Akhirnya, sore hari sampai juga di Lelewatu Resort.
Lelewatu. Ini penginapan eksotis, karena ada di bibir Samudera Hindia. Di garis pantai yang sama, ada Nihiwatu, yang pada 2016 dinobatkan menjadi hotel terbaik di dunia versi majalah wisata Travel+Leisure. Sebagai hotel terbaik nomor 1 dari ajang ‘World’s Best Travel Awards 2016’. Nihiwatu mengalahkan deretan hotel bergengsi di AS, Selandia Baru, Australia, serta Ekuador dan Cile.
Nihiwatu punya vila tiga kamar berbentuk rumah pohon, terletak di atas tebing, menghadap langsung Samudera Hindia. Selain itu, ada lebih dari 33 akomodasi vila dengan kolam renang pribadi serta pemandangan indah ke Pantai Nihi. Lokasi hotel pun dekat dengan Occy’s Left, private beach yang menjadi surf spot ternama di kalangan peselancar profesional. Tempat berselancar yang jauh dari hiruk pikuk Canggu, Suluban, dan pantai-pantai mainstream lainnya di Bali. Rate termurah di Nihi ada di 818$, sementara harga termahal menembus 19 ribu$ dalam semalam.
“David Beckham pernah menginap di Nihi. Ia datang dengan jet pribadi tanpa ketahuan banyak orang saat mendarat di Bandara Tambolaka. Tapi, seorang pegawai bandara berhasil minta selfie dengannya,” kata Rizaldi Sofyan Wie Lay, anak muda yang menjadi driver kami selama di Sumba. Di musim panas 2018 itu, sepekan ada di Nihi, Beckham sekeluarga kemudian geser ka Bali.
Selain Beckham, konon keluarga Istana Arab Saudi pernah datang ke Nihi, juga bulan madu pasangan artis Amerika Lawrence dan Cooke Maroney. Pesohor papan atas dalam negeri pun ramai-ramai mempromosikan pernah ke Sumba, seperti Rafi Ahmad-Nagita Slavina, Denny Cagur, Giselle Anastasia, Luna Maya dan lain-lain.
Tak salah jika Sumba ditulis sebagai ‘the newly discovered gem in East Nusa Tenggara’: Sumba, permata yang baru ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Tanah surga, tempat diam menyepi berteman debur ombak dan keramahan penduduk.
Ayo wisata ke Sumba!