Sebagai orang yang katanya gemar film, saya harus mengaku dosa: baru sempat nonton Marlina. Untung ada Netflix.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak alias Marlina: The Murderer in Four Acts bukan hanya menarik dalam sisi konten dan teknis pengerjaannya. Tapi juga karena drama thriller yang dirilis pada 16 November 2017 itu bertabur penghargaan.
Di dalam negeri, sepuluh penghargaan Piala Citra 2018 diborong sekaligus. Menyisakan empat nominasi yang tidak jadi juara. Mulai dari Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik oleh Mouly Surya, Pemeran Utama Wanita Terbaik oleh Marsha Timothy, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk Dea Panendra, juga Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, dan Pengarah Artistik Terbaik.
Di level internasional, film yang mengambil latar belakang tanah dan budaya Sumba ini menang di Penghargaan Film Asia, Festival Fil Goteborg, Tokyo FILMeX, Festival Film Sitges Spanyol, dan Penghargaan Layar Asia Pasifik.
Film ini pun didistribusikan ke lebih dari 18 negara, di Amerika Serikat, Kanada, negara-negara di Eropa dan Asia Tenggara. Semua memakai judul-judul dari bahasa lokal. Misalnya di Rumania berjudul Marlina: Omorul în Patru Fapte, Serbia dengan Марлина: Убица у четири дела, Spanyol dengan Marlina: el Asesino de Cuatro Actos, Italia memakai title Marlina: Omicida in Quattro Atti dan Tiongkok berjudul 玛琳娜的杀戮四段式.
Pesan sosialnya kena. Perjuangan perempuan melawan kekerasan seksual. Bercerita tentang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba.
Kisah Marlina (Marsha Timothy) disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran. Babak pertama, Perampokan, dimulai ketika tujuh orang yang dipimpin Markus (Egi Fedly) mendatangi rumah Marlina dengan niat merampas harta serta memperkosanya.
Saat diperintah untuk membuatkan makan malam, Marlina menaruh racun ke dalam hidangannya. Racun itu berhasil membuat kawanan perampok tewas, kecuali Markus yang lebih dulu tertidur.
Marlina bermaksud menawarkan makanannya pada Markus, namun ia justru diperkosa. Saat itulah, ia dengan berani mengambil parang dan memenggal kepala Markus. Keesokan harinya, babak baru dalam hidup Marlina dimulai. Ia akan memulai sebuah perjalanan untuk mencari keadilan dan penebusan. Secara khusus ia membawa penggalan kepala Markus sepanjang perjalanan, termasuk ke kantor polisi.
Sampai akhirnya pulang, dan menyaksikan Novi, sahabatnya, melakukan hal yang sama pada pemerkosanya.