Sehari Isi Pelatihan Penulisan di Bali

Senang dari tahun ke tahun bisa terus memotivasi adik-adik gerakan mahasiswa belajar menulis.

Saya senang dari tahun ke tahun mendapat kepercayaan mengisi pelatihan penulisan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Sebagai senior, yang secara jalan hidup mendapatkan jalur penuh berkat di dunia kerja karena expertise penulisan, tentu saya berhutang budi pada generasi berikutnya.

Saya tidak bilang bahwa saya penulis atau jurnalis top, sukses, nomor satu, andalan, dan lain-lain. Saya juga tidak hendak berkata bahwa adik-adik harus mengikuti jejak langkah saya. Not at all. Sebagai jurnalis, saya banyak kekurangan. Tidak mengoleksi banyak penghargaan juga. Tapi, sebagai seorang yang ‘kebetulan’ mendapat berkah di track ini, wajib hukumnya bagi saya untuk berbagi. Tidak tepat bicara soal honor dan lain-lain pada event-event seperti ini.

Bersyukur saja, 2017 didapuk mengisi pelatihan serupa di Yogyakarta, 2018 di Manokwari, 2019 di Purwokerto dan kini di Bali.

Materi yang saya berikan ya itu itu saja dari tahun ke tahun. Lebih kepada bagaimana agar adik-adik ini bisa memperkenalkan daerahnya lewat penulisan. Sebagaimana Andrea Hirata mengangkat Belitung dari nowhere jadi magnet pariwisata. Mengubah hidup masyarakat Belitung yang semula bertumpu pada tambang ke pariwisata.

Saya juga kerap tegaskan, banyak jalan hidup terbuka kalau adik-adik ini mau dan mampu punya kebisaan menulis. Tidak harus jadi jurnalis. Basic dasar penulisan bisa untuk kerja apa saja. Terlebih menarasikan kemampuan di bidang lain yang digeluti agar bisa dimengerti orang dengan mudah.

Atau kalau memang pilihannya jadi penulis, bisa juga masuk ke berbagai pintu yang menawarkan rupiah dari sini: jadi ghostwriter bikin buku pejabat, pegang admin medsos figur publik, wartawan, sampai jadi penulis skenario film.