Musim relawan tumbuh datang lebih awal.
Saat semalam hadir di acara doa bersama Ganjar Kita for RI 1(Gatari), saya tak punya maksud lain kecuali menghormati undangan kawan lama saya: Burhanuddin Saputu. Sobat lawas di Kantor Staf Presiden 2016-2019 ini menginisiasi organisasi relawan pendukung Ganjar Pranowo untuk maju pada kontestasi pemilihan presiden 2024. Saya datang sebagai teman baik. Soal dukung mendukung, masih jauh itu.
Relawan calon presiden. Istilah ini marak sejak kita memiliki pemilihan presiden pertama pada 2004. Saat itu, sebagai tokoh baru, hadirlah elemen-elemen relawan Susilo Bambang Yudhoyono. Ada namanya Jupiter (Judoyono Pilihan Terbaik), Blora Center dan berlanjut pada 2009 dengan Gerakan Satu Putaran (GSP). Meski peserta Pilpres 2009 diikuti tiga pasang kandidat, GSP ingin agar SBY meraih suara mutlak lebih dari 50 persen tanpa perlu head to head dengan peraih suara terbanyak kedua.
Lanjut ke 2014, hadirlah tokoh baru lagi. Sebagaimana ungkapan “Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya…”
Datangnya petarung baru bernama Jokowi diiringi munculnya kelompok-kelompok relawan seperti Pro Jokowi (Projo), Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Seknas Jokowi, JPKP, dan lain-lain.
Kehadiran relawan ini tentu tak bisa mengikutsertakan diri pada pendaftaran resmi pasangan capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum. UUD 1945 masih menyebut bahwa paket calon presiden dan calon wakil presiden diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik. Tapi, adanya kelompok-kelompok civil society ini memastikan bahwa capres-cawapres tak hanya didukung oleh kelompok elit politisi.
Jadi, mari kita ucapkan selamat untuk Ganjarist, Ganjar Pranowo Center, dan Gatari yang sudah datang lebih awal. Juga kalau nanti akan ada kelompok relawan-relawan lain untuk demokrasi. Sah-saja saja membentuk opini publik dan penggalangan massa. Toh, hasil akhir tetap di bilik suara masing-masing pemilih…