Juara atau Proyek Jangka Panjang?

Masih ada satu leg final Piala AFF. Nobar PSTI di Rawamangun berakhir dengan manyun.

Enam kali lolos final Piala AFF: 2000, 2002, 2004, 2010, 2016 dan kini di AFF 2020 yang dimainkan 2021 dan 2022, asa juara timnas Indonesia begitu bergelora.

Rekor penyisihan grup anak asuhan Shin Tae-yong tak pernah kalah. Membantai Laos, Kamboja, Malaysia dan menahan imbang Vietnam. Di Singapura sukses menang dramatis dengan total gol 5-3. Maka, kembali Indonesia berjumpa Thailand. Yang tiga kali menaklukkan Pasukan Garuda di Final 2000, 2002, dan 2016.

Saya memilih ngumpul nonton bareng Final AFF leg pertama, 29 Desember 2021 di Warung Pojok Jl Sunan Giri, Rawamangun. Berkumpul bersama teman-teman Paguyuban Suporter Timnas Indonesia. Kami juga berhasil mendatangkan legenda timnas Kurniawan Dwi Yulianto.

“Kebobolan cepat membuat timnas sulit berkembang. Menit-menit awal dan menit-menit akhir adalah saat krusial dalam sepak bola,” kata Kurniawan dalam wawancara dengan KompasTv di acara nobar itu.

Final edisi pertama, Asnawi Mangkualam dkk kalah telak 0-4. Apakah bisa terjadi keajaiban pada 1 Januari 2022 nanti?

Seharusnya memang kita tak berpikir jangka pendek. Kali ini Shin Tae-yong membawa pemain dengan rataan muda usia. Hanya Victor Igbonefo, Fachruddin Aryanto dan Kushedya Hari Yudo saja yang berusia di atas 30 tahun.

“Andai pergantian generasi ini berjalan baik, maka 10 tahun ke depan sepak bola Indonesia bisa menjadi lebih bagus,” begitu janji Shin Tae-yong.

Semoga kita tak jadi bangsa instan. Karena masa depan itu panjang. Maraton. Bukan sprint.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.