Kawan lama dari Surabaya, penulis buku Dudung Abdurachman yang kini menjabat Kepala Staf Angkatan Darat.
Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi. Begitu judul buku setebal 212 halaman karya kawan lama aktivis Gerakan 1998 Jawa Timur, Raylis Sumitra.
Di sebuah kafe kawasan Episentrum Kuningan, Jakarta, Selatan, kawan jurnalis asal Surabaya ini berkisah tentang asal muasalnya berkenalan dengan Jenderal Dudung. Saat itu, Dudung menjabat Pangdam Jaya, usai meninggalkan pos sebagai Gubernur Akademi Militer.
Nama Dudung melejit karena gerakannya menurunkan baliho-baliho Front Pembela Islam (FPI) saat FPI tengah euphoria menyambut kepulangan Rizieq Shihab. Menurut Raylis, “Seperti oase di tengah padang pasir. Begitulah perumpamaan setelah pencopotan baliho Rizieq Shihab oleh aparat TNI Kodam Jaya. Selama ini, Rizieq Shihab terkesan sosok yang tidak dapat disentuh aparat penegak hukum.”
Dudung sendiri berkomentar tegas, “Jenderal Soedirman usia 32 tahun sudah bergerilya. Masak saya yang sudah 55 tahun, hanya sekadar mencopot baliho saja takut. Kapan lagi berbuat untuk bangsa ini? Siapapun yang mengganggu persatuan akan saya hajar!’
Di situlah datang apresiasi dari Sang Panglima Tertinggi.
“Ketegasan-ketegasan seperti itu yang memang kita butuhkan. Tetapi harus tetap dalam koridor aturan dan undang-undang. Saya mengapresiasi ketegasan-ketegasan seperti itu,” kata Presiden Joko Widodo.
Dilengkapi dengan berbagai teori psikologi, politik, dan komunikasi, buku ini juga menyertakan kutipan-kutipan dari Jenderal Dudung di setiap babnya.
Misalkan,
“Mula-mula hidup ini sadar banyak mengandung risiko. Namun apabila hati nurani ini kuat, apapun harus berani dihadapi. Termasuk risiko itu sendiri.”
“Keteguhan prinsip seorang pemimpin akan menumbuhkan imajinasi, inovasi, visi, misi dan harapan. Kalau tidak punya itu semua, maka ia akan jadi pemimpin yang biasa-biasa saja.”
“Jangan kamu kejar duniawi, sementara Tuhan kamu lupakan.”
“Prinsip sangat penting dimiliki seorang pemimpin. Karena akan mampu menguasai diri sendiri. Sebelum menguasai anggota yang dipimpin. Dengan ketegasam tersebut, tentunya akan mengangkat moril anggotanya.”
Salut, Jenderal Dudung, salut Raylis.. sukses terus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk kepentingan semua anak bangsa!