Gone Girl, Film Psiko Thriller nan Penuh Suspensi

Nonton durasi dua jam, kayaknya lama banget. Tapi begitu dijalani, tak bisa berhenti.

Telat juga sih nonton film super keren produksi 2014 ini. Baru nemu pas semalam cek-cek Netflix, tergoda melihat synopsis singkatnya, serta nilai Internet Movie Data Base yang merekomendasikannya. Superrrrr.. itu komentar saya.

Tentu ada peran besar Ben Affleck di sana. Tapi juga jangan lupakan kehadiran Rosamund Mary Ellen Pike, yang perform kerennya berbuah aneka penghargaan. Termasuk nominasi Academy Award alias Oscar sebagai pemeran wanita terbaik, meski akhirnya kalah oleh Juliana Moore dalam film ‘Still Alice’.

Diangkat dari kisah dalam novel karangan Gillian Flynn, Gone Girl mengisahkan kemelut yang dialami Nick Dunne (Ben Affleck) dan Amy Dunne (Rosamund Pike). Film Garapan David Fincher mendulang kesuksesan setelah dirilis pada 2014. Tak hanya berhasil meraup 350 juta dollar, akting Rosamund Pike juga dinilai sebagai salah satu yang terbaik tahun itu.

Selama ini, Nick Dunne dan Amy Dunne selalu menjadi barometer bagi pasangan yang mendambakan kehidupan rumah tangga sempurna. Namun, siapa sangka jika di balik keharmonisan keduanya, tersimpan fakta yang berhasil ditutup rapat oleh Nick dan Amy dari orang-orang terdekat mereka. Konflik di antara mereka mencapai titik puncak saat Amy Dunne menghilang di hari ulang tahun pernikahannya.

Amy dikenal sebagai penulis perempuan pujaan banyak orang. Terutama dengan kisahnya ‘Amazing Amy’. Sementara suaminya, sedang terpuruk karena karir sebagai penulis sedang jatuh.

Dalam investigasi yang digelar di kediaman mereka, polisi menemukan sejumlah kejanggalan. Mulai dari rusaknya beberapa barang di ruang tamu, noda darah di lantai dapur, serta beberapa percikan darah di langit-langit rumah. Nick Dunne pun menjadi tersangka utama dalam kasus menghilangnya Amy.

Di sinilah alur menjadi menarik. Ternyata Amy melarikan diri. Bertemu mantan. Nick selingkuh. Peran besar pengacara. Permainan opini publik di televisi, dan lain-lain. Amy kembali dengan berdarah-darah -dalam viual sebenarnya- Dan televisi terus menguntit mereka demi berita eksklusif.

Film ini tidak mudah ditebak. Dan benar-benar memainkan psikologi pemirsa. Tak salah, IMdb memberi nilai 8.1 dari 10.

O ya, pada 2014 lalu film ini tak beredar di bioskop Indonesia. Bisa jadi karena banyak adegannya tak lolos sensor LSF. Ehm…

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.