Hari Kesembilan Tertempel Om Ikron: Merdeka Tapi Tetap Waspada

Dinyatakan negatif melalui antigen dari klinik dekat rumah. Tetap alert di gelombang ketiga Indonesia.

“Gusti, kula nyuwun saras: sarasing sukma – resiking maras

Gusti, kula nyuwun tamba: tambaning jiwa – segering raga

Gusti, kula nyuwun seneng: senenging manah – tulaking sereng Gusti, kula nyuwun sabar: sabaring budi – nalar jembar…”

Entah kenapa, sore kemarin saya teringat tembang ini. Judulnya, ‘Panyuwunan’ atau permohonan, sebuah geguritan atau puisi doa karya Dr. Kuntara Wiryamartana, SJ.

Tuhan, saya mohon kesehatan, obat, sukacita, dan kesabaran..

Gusti, kami mohon kesembuhan: sembuhnya sukma – bersihnya hati
Gusti, kami mohon obat: obatnya jiwa – segarnya raga
Gusti, kami mohon cerah ceria: gembiranya hati – penangkal dengki
Gusti, kami mohon kesabaran: sabarnya budi – luasnya wawasan

Lagu ini lintas agama. Pas untuk kondisi kita dalam situasi lesu, nglentruk, atau tak kuasa hadapi berputarnya roda hidup. Juga dalam gelombang demi gelombang virus Corona.

Sore kemarin, dan juga saat menulis catatan harian ini sekarang, saya begitu bersemangat memutar tautan-tautan youtube dalam berbagai versi ‘Panyuwunan’.

Lagu yang sama yang menemani saat saya terdampar 12 hari di lokasi karantina di Daan Mogot, Juli 2021. Terpapar Covid-19 kali pertama. Dan sekarang kali kedua. Sungguh, saya tak mau ada orang bilang, “Sekali lagi kamu dapat kaos, Jo!”

Serius. Kaos alias jersey-jersey bola saya sudah sangat banyak. Meski hanya sedikit sekali yang ori.

Thanks God, hari ini antigen itu menyatakan ‘negatif’. Setelah sembilan hari. Sedikit lebih cepat dari kasus pertama. Sama-sama tak bergejala. Sama-sama sudah tervaksin.

Meski begitu, kita tetap harus waspada. Gelombang ketiga menyerang dengan garang. Meski ada yang bilang, hanya statistik, tanpa korban fatalitas setinggi dulu. Pun terjadi di basket. Indonesia Patriots pontang-panting melanjutkan Indonesian Basket League (IBL).

Sementara itu, Liga 1 tak kalah parah. Malan ini, serangan Covid-19 mengharuskan Persebaya meladeni PSIS Semarang hanya dengan 15 pemain. Syarat untuk minta pertandingan ditunda yakni jika pemain hanya tersisa 14 orang. Kurang satu, dan ‘the show must go on’. Miris.

Hidup harus berjalan. Selamat Merdeka, Jo. Tapi, mari tetap waspada.

Leave a Reply

Your email address will not be published.