Akhirnya, Puji Tuhan, bisa menginjak satu provinsi di Sumatera yang belum pernah tersinggahi.
Boeing 737-800 Next Generation milik Batik Air mendaratkan saya dengan mulus di Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Selasa, 15 Maret 2022.
Welcome to Bengkulu!
Situs resmi Pemerintah Provinsi Bengkulu menyebutkan bahwa nama daerah ini awalnya dari ‘Bengcoolen’ atau ‘Coolen’ berasal dari bahasa Inggris ‘Cut Land’ yang berarti Tanah Patah. Maklum, wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi paling aktif di dunia.
Saat itu, ekspedisi East India Company (EIC), sebuah kongsi dagang asal Inggris dipimpin oleh Ralp Ord dan William Cowley datang ke Bengkulu untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setalah pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana.
Traktat dengan kerajaan Selebar pada tahun 1685 mengzinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di ssekitar Muara Sungai Serut. Pada 1713, dibangun Benteng Marlborough selesai 1719 yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Tukar Guling Belanda-Inggris
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada 1824 Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan Inggris atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung. Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad XIX menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke XX. Saat ini, kegiatan penambangan komersial pernah dihentikan sejak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktifis pendukung kemerdekaan termasuk Soekarno. Di masa inilah Soekarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam Provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi Provinsi ke-26 termuda setelah Timor-timur.
Mari nikmati dan syukuri empat hari tiga malam di sini!
Terimakasih atas kunjungannya ke Bumi Rafseia Tercinta mas jojo kapan kapan jangan lupa ke kabupaten kaur kita mempunyai wisata pantai yang sangat bagus namun tinggal dari segi pengolahannya lagi yang belum maksimal semoga pemerintah di atas bisa memfasilitasi wisata yang ada di kabupaten Kaur.