Momen peringatan dua tahun serta pembukaan Gelombang 24 Program Kartu Prakerja digelar secara sederhana dan penuh ucapan syukur di Bengkulu.
“Kami memberikan apresiasi yang sangat tinggi karena Program Kartu Prakerja terasa sekali manfaatnya bagi angkatan kerja di Bengkulu, terutama mereka yang perekonomiannya sangat terpukul akibat pandemi,” kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah melalui sambutan tertulis disampaikan Staf Ahli bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Muhamad Ikhwan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Kepresiden Moeldoko sekaligus Wakil Ketua Komite Cipta Kerja menganalogikan, ibarat bayi, usia Program Kartu Prakerja ini masih sangat belia.
“Namun, meski sangat dini, capaian prestasi program sangat tinggi, terutama dalam membawa misi ganda dan inklusif, yakni meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, menghubungkan supply dengan demand, serta menyalurkan bantuan untuk menopang daya beli,” papar Moeldoko.
Moeldoko menjelaskan, Prakerja tak hanya menyediakan aneka pelatihan tapi juga menghubungkan dengan aneka lowongan kerja yang sedang dibuka di seluruh Indonesia.
“Semua ini bisa dilakukan karena terobosan inovasi teknologi yang dilakukan Program Kartu Prakerja,” tegasnya.
Setelah berdialog dengan perwakilan alumni Prakerja dari Bengkulu, secara resmi Moeldoko membuka Gelombang 24 Program Kartu Prakerja.
“Kamis, 17 Maret 2022, dengan ini, saya nyatakan Gelombang 24 Program Kartu Prakerja resmi dibuka,” kata Moeldoko.
Sejak peluncuran Gelombang I, Kartu Prakerja menjangkau 186.287 penerima manfaat dari 10 kabupaten dan kota di provinsi berjuluk ‘Bumi Rafflesia’ ini.
Bidang Penjualan Pemasaran, Gaya Hidup, Makanan dan Minuman, Manajemen serta Perkantoran menjadi Kategori Pelatihan yang paling diminati Sobat Prajerja di Bengkulu.
“Survei Evaluasi Prakerja mencatat bahwa 98 persen penerima manfaat di Bengkulu menyatakan program ini meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan soft skill. Sebanyak 97 persen peserta mengakui bahwa Kartu Prakerja mendorong kewirausahaan,” kata Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari.
Hingga pertengahan Maret 2022, total Rp459 milar insentif telah disalurkan kepada penerima Kartu Prakerja dari Provinsi Bengkulu.
“Program ini juga dianggap tepat sasaran karena 72 persen peserta dari Bengkulu melampirkan sertifikat pelatihan Prakerja saat melamar kerja, 30 persen peserta yang menganggur sebelum mengikuti program telah bekerja atau berwirausaha,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan dialog antara Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati, Staf Ahli Gubernur Bengkulu Muhamad Ikhwan, Senior Vice President Divisi HubunganKkelembagaan BNI Ahmad Salman Somantri dan Plt. Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kemenko Perekonomian Chairul Saleh dengan perwakilan alumni penerima Kartu Prakerja di Bengkulu.
Dari 31 alumni penerima Prakerja yang hadir antara lain Yuli Hartati dari Kabupaten Lebong, Yesi Asmarani dari Bengkulu Selatan, dan Felix Nova Erdian dari Rejang Lebong.
Yuli merupakan lulusan Magister Biologi yang di luar pekerjaannya sebagai pengajar daring kerap membuat konten pendidikan di Youtube ‘Edukasi Kito’.
“Saya mendapat dampak yang cukup besar setelah mengikuti pelatihan menjadi konten kreator bersama Gita Savitri untuk saya terapkan dalam akun youtube saya agar lebih menarik dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Yuli.
Sementara itu, Yesi pernah bekerja di Malaysia dan Singapura sebagai pekerja rumah tangga. Ketika kontraknya habis, ia kembali ke Bengkulu dan menjadi Ibu Rumah Tangga. Mengetahui adanya program Kartu Prakerja, Yesi mendaftar dan langsung diterima.
Dana insentif yang diterima digunakan untuk modal usaha berjualan makanan secara daring melalui media sosial dan berjualan barang bekas di Bengkulu Selatan.
“Saya merasakan pelatihan Kartu Prakerja sangat bermanfaat dalam menambah ilmu,” tutur Yesi.
Adapun Felix Nova Erdian mengambil Pelatihan ‘Pengantar Membuat Konten Pemasaran’, dan ‘Belajar Bikin Kopi Kekinian ala Barista (Peracik Kopi)’.
Sebelum menjadi penerima, Felix bekerja sebagai supir. Namun karena pandemi Covid-19, pembatasan mobilisasi diberlakukan dan Ia terpaksa berhenti.
“Melihat peluang bahwa daerah saya merupakan penghasil kopi, saya memutuskan untuk belajar dengan mengambil pelatihan-pelatihan yang bisa memberi keahlian meracik kopi,” ujarnya.