Katedral Jakarta yang Menemani Cerita

Jalan sore ke Katedral Jakarta bersama keluarga. Salah satu lokasi prewedding kami, 16 tahun silam.

Awal 2006, bersama sahabat fotografer andalan Tempo Hendra Suhara, kami berfoto prewedding di sini. Gereja Katedral Jakarta, atau bernama resmi Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga. Salah satu  ikon Jakarta aini ini diresmikan pada 1901 dab dibangun dengan arsitektur nei-gotik ari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.

Gereja yang dalam Bahasa Belanda disebut ‘De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming – Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga’ diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada 21 April 1901.

Wikipedia menulis, dalam upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat di antara dua pintu utama, lalu tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan memerciki dengan air suci sambil diiringi paduan suara Santa Sesilia

Misa Pontifikal dengan liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.

Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut Katedral, karena di dalamnya terdapat cathedra, yakni Tahta Uskup.

Meski Terowongan Silaturahmi Katedral – Masjid Istiqlal yang sudah jadi belum bisa digunakan karena belum diresmikan Presiden Jokowi, berjalan-jalan di Katedral sungguh memberi nuansa sendiri. Apalagi, ibadah offline sudah berlangsung dengan protokol kesehatan ketat, setelah selama ini melihat siaran langsung TVRI kursi-kursi bersinar lilin nampak melompong.

Ah, cerahnya Katedral saat Indonesia mulai sembuh, bangkit, dan tumbuh!

Leave a Reply

Your email address will not be published.