Rumah Biru Gunungsitoli

Bertemu adik-adik gerakan di kota terbesar Pulau Nias. Saya yakin seyakin-yakinnya, kader-kader ini akan membawa kemajuan dan berkat bagi kota dan nusa tempat mereka dibesarkan. Tanah tempat mereka bergerakan.

Namanya Sukirman Zega. Panggilannya Sukir. Anak tertua dari delapan bersaudara yang masih hidup. Asal dari Nias Selatan. Kini Sukir kuliah di jurusan ekonomi sebuah kampus swasta di Gunungsitoli. Sebelumnya, pernah juga menempuh studi jurusan pertanian di Sumatera Barat.

Baru sekali Sukir naik pesawat saat kembali ke Padang, usai liburan di kampung. Ayahnya memaksa untuk bisa rasakan naik pesawat. Sebuah kasih orangtua nan amat besar, karena ayahnya yang tukang las di pedalaman Nias Selatan juga belum pernah terbang.

“Begitu pesawat take-off, saya teriak sambil pegang sabuk …ei.. nyawa saya mau ke mana ini… Waktu mau pulang ditawari naik pesawat, aduh, tak mau lagilah…” kisahnya sambil menyantap ifumie dan segelas kopi hitam di warung tepi pantai kawasan Pelabuhan Lama Gunungsitoli.

Malam itu, Sukir mengantar jemput saya menuju Student Centre Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Gunungsitoli di Jalan Pattimura, Desa Mudik, kawasan Taman Makam Pahlawan.

Sekitar 10 orang kader ‘Rumah Biru’ -sebutan kami untuk GMKI- berkumpul malam itu. Kecab alias ketua cabangnya perempuan. Suryanti Gulo. Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pembangunan Ekonom Pembangunan Nasional Nias.  Sebagaimana mayoritas kawan-kawan lain yang malam itu berkumpul memang kebanyakan menempuh pendidikan tinggi bidang ekonomi.

“Saya sudah lulus kuliah, tapi cari kerjanya nanti saja, setelah masa bakti sebagai kecab selesai akhir tahun depan,” kata Sury, sapaan gadis asal Kabupaten Nias Barat itu.

Satu per satu berkenalan. Selain nama dan asal, mereka lantang menyebut visi dan cita-citanya ke depan.

“Saya mau jadi akuntan.”

“Jadi pengusaha sukses.”

“Jadi wirausahawan.”

Dan lain-lain.

Saya percaya Sukir, Sury, Tolona Gea, Yenti Mendrofa, Nestar Zega, Yusman Waruwu, Sudirman Waruwu, Famonaha Telaumbanua, Merius Harefa dan adik-adik lain yang sudah memilih jadi aktivis sejak usia muda bakal memetik hidup nan bermakna.

Mereka akan membawa Nias melaju mengejar ketertinggalan. Baik yang kemudian berkeputusan merantau dan balik membesarkan ‘Tano Niha’ maupun yang berkomitmen berkarya di pulau ini saja.

Karena anak-anak muda yang menetapkan bergerakan memang orang pilihan. Tidak akan jadi yang biasa-biasa saja.

Reuni Senior GMKI Nias

Sentuhan dengan komunitas ‘Rumah Biru’ di Nias kian lengkap, karena Kamis, 14 April 2022, saya berkesempatan menghadiri pertemuan dengan Senior GMKI Nias. Baik mereka yang pernah bergerakan di GMKI Gunungsitoli maupun GMKI Telukdalam -dua cabang GMKI di Pulau Nias- maupun mereka yang berasal dari Nias, namun ber-GMKI di luar Nias.

Ada mantan anggota DPR Firman Jaya Daeli, ada pula Agust Zega, Rahman Laoli, Sio Gaho, Edward Firdaus Lahagu dan senior-senior GMKI lainnya. Mereka bereuni sekaligus berkomitmen membantu adik-adik pengurus dan anggota GMKI di Nias.

Ut Omnes Unum Sint, Syallom, Ya’ahowu!

Leave a Reply

Your email address will not be published.