Satu keinginan saya terpendam. Menginjak benua Afrika. Melengkapi keping perjalanan empat benua lain.
Tapi, saya harus bersabar dulu, karena lepas dari perbatasan Israel memang masuk wilayah berbendera Mesir. Upppss.. ternyata ini Mesir masih yang Asia.
Melewati Tiang Garam Isteri Lot, perut keroncongan. Kami makan siang di area dekat Toronto Square, Eilat. Berpenduduk hampir 50 ribu jiwa, Eilat dijuluki sebagai ‘Kota Panas’ karena musim panasnya yang panas dan panjang. Kota ini memiliki jumlah penduduk. Rata-rata suhu di sini pada summer sekitar 40 derajat Celsius.
Jadi, bisa bayangkan situasi panasnya saat kami masuk ke perbatasan antara Israel dan Mesir. Nama bordernya ‘Menachem Begin’. Sayang, namanya perbatasan kami tak boleh ketahuan motret-motret.
Menachem Wolfovich Begin, meninggal dunia pada 9 Maret 1992 pada usia 78 tahun, merupakan perdana menteri keenam Israel. Politisi pendiri Partai Likuid ini punya pencapaian tinggi saat menjabat perdana menteri, yakni meraih Nobel Perdamaian 1978 bersama Presiden Mesir Anwar Sadat. Keduanya menandatangani perjanjian damai antara Israel dan Mesir pada 1979, kala Israel Defense Forces (IDF) menarik diri dari Peninsula Sinai. Daerah yang direbut Israel dari Mesir pada ‘Perang Enam Hari’ 1967.
Tak banyak proses di perbatasan ini. Baik saat keluar dari Israel maupun saat masuk Taba, Mesir.
“Wah, kalian datang dari jauh sekali ya,” kata seorang perempuan petugas imigrasi Israel di Pos Menachem Begin, kala mendapat jawaban bahwa saya berasal dari Indonesia.
Masuk di Taba, kota pertama di Mesir dari sisi Israel. Tinggal nyeberang jalan kaki nyeret-nyeret koper, juga relatif lancar. Tak seribet saat dari Yordan masuk ke Border Allenby, Israel. Petugas tur begitu sigap membantu dengan list visa di tangan mereka.
Begitu visa Mesir didapat, kami melewati metal detector. Saya berfoto di negara asal penyerang Liverpool, Mo Salah ini. Foto sebuah gedung bertanda gede ‘Casino’ nampak mencolok di kiri Pos Imigrasi, Mesir.
Saya kira sudah sampai Afrika, tapi Atef Nafea, guide baru kami di Tanah Firaun, berujar, “Ini adalah Mesir bagian Asia. Mesir adalah satu-satunya negara yang ada di dua wilayah benua: Asia dan Afrika,” katanya.
Anda tentu tahu kalau Turki adalah negara yang punya dua kaki benua: Asia dan Eropa. Ankara dan Istanbul. Nah, Mesir punya status di dua benua juga. Taba, masuk Provinsi Sinai Selatan, masih digolongkan Asia.
Kota ini adalah kota turis Mesir yang dibangun Israel. Ada di tepi Laut Merah.
“Mengapa disebut Laut Merah? Karena kalau kita menyelam ke bawah, ada banyak karang berwarna merah,” kata Atef.
Dikutip dari Live Science, tidak ada yang tahu pasti bagaimana laut tersebut dikatakan sebagai Laut Merah. Besar kemungkinan karena ganggang Trichodesmium erythraeum, hal ini diungkapkan oleh Karine Kleinhaus seorang profesor ilmu kelautan dan atmosfer dari Universitas Stony Brook, New York.
Ganggang Trichodesmium erythraeum juga disebut sebagai serbuk gergaji laut. Ganggang ini merupakan cyanobacteria atau bakteri yang dapat bertahan hidup melalui fotosintesis dan juga masuk ke dalam kelompok ganggang biru-hijau.
Ganggang biru-hijau memiliki fungsi dan tanggung jawab untuk mengkonversi sebanyak 60% hingga 80% nitrogen di laut. Hal ini dijelaskan oleh NASA Earth Observatory.
Trichodesmium erythraeum banyak ditemukan di Laut Merah dan tumbuh secara berkala. Saat ganggang tersebut mati, maka air laut yang berwarna biru akan berubah menjadi coklat kemerahan bersamaan dengan alga yang sekarat menyebar ke permukaan laut.
Laut merah memiliki terumbu karang terpanjang di dunia yang membentang hingga 4.000 km dan mampu menampung makhluk-makhluk yang hidup di laut. Hal ini menjadi karakteristik unik karang sebagai satu-satunya tempat perlindungan laut di dunia dari perubahan iklim.
Namun, Kleienhaus juga mengatakan penamaan Laut Merah berasal dari pegunungan merah yang terletak di sepanjang pantai Yordania. Kleinhaus menambahkan, banyak hewan endemik yang hanya dapat ditemukan di Laut Merah atau Teluk Aden.
Tak sampai setengah jam, melaju dengan Mercedez Benz MCV, kami pun sampai di Hotel Tolip, yang pantainya langsung di tepian Laut Merah. Cuaca Taba lebih hangat daripada Eilat. 25 derajat Celsius. Sudah sore juga, sih.
Ahlan Wa Sahlan. Selamat datang di Taba. Meski masuk wilayah Asia, tapi waktu di sini sudah disesuaikan dengan Kairo, ibu kota Mesir. Lima jam di belakang Jakarta.