Sepertinya sudah paketnya dalam tur ini kami dibawa mampir ke toko-toko. Ya, hitung-hitung pemberdayaan ekonomi lokal.
Dari Yordania, Israel, Palestina, hingga Mesir, kami selalu mampir -tepatnya ‘dimampirkan’- ke gerai-gerai lokal. Ada toko souvenir di tengah gurun antara Amman ke Petra. Ditambah toko kerajinan tangan di Nebo. Juga berbagai toko cenderamata di Kana, Yerusalem, serta Betlahem.
Di Mesir pun demikian. Setelah kisah mengenal toko papirus, kami dibawa ke tempat produksi dan penjualan parfum. Sebenarnya saya juga membaca kisah tentang ‘carpet school’, yakni tempat anak-anak diajar membuat karpet. Sempat juga membaca bangunan di sekitar piramida bertuliskan ‘Carpet School’. Tapi, kami tak disinggahkan ke sana.
Senin pagi, 4 Juli 2022, setelah bus Mercedes Benz MCV meninggalkan Hotel Hyatt Kairo menuju kawasan Giza, tempat piramida terbesar berada, kami transit di Mody Khattab. Toko essences dan aromaterapi ini terletak di alamat 91 Sphinx Street, Nazlet el samman Pyramids, Giza.
Kabarnya, kalau masuk area Piramida Giza, barang-barang kami akan dicek semua. Jadi, daripada menyulitkan, sementara kami sudah check-out dari hotel, barang-barang kami diturunkan dari bagasi bus untuk dititip di toko parfum Mody Khattab.
Di sini kami dapat penjelasan dari Abdul, seorang pramuniaga yang, lag-lagi kami menjumpai fakta- sangat mahir berbahasa Indonesia.
Lancar sekali Abdul menjelaskan aneka aromaterapi yang ditawarkan tempatnya bekerja. Juga saat Abdul menerangkan jamuan minum gratis buat para tamu dari Indonesia ini.
“Mau minum apa? Rosella Juice? Mint Tea? Kopi Turki? Kopi Susu? Ada juga Susu Onta. Kalau yang minum lelaki, akan melakukan gempa bumi di malam hari,” ungkapnya.
Harga parfum tergantung jenis dan ukurannya. Disiapkan beberapa kemasan sesuai mililiter yang diminati.
Adapun jenisnya, ada yang diklaim mirip dengan ‘rasa’ Bvlgari, Victoria Sceret, Yves Saint Laurent, Dolce & Gabbana, Gucci, dan lain-lain.
Dia membagi essence parfumnya dari berbagai bunga, seperti lotus, attar of rose, jasmine, narcissus, lavender, papyrus flower, dan prange blossom.
Juga berdasar bebauan rempah, seperti sandel wooed, myrrh (mur yang dibawa Orang Majus ke bayi Yesus), Narwastu, Eucalyptus, dan Virgin Olive Oil.
Sejarah Parfum
Kompas.com melansir Britannica, parfum sudah dikenal dan dipakai masyarakat ribuan tahun silam.
Tujuan awalnya sebagai bagian dari upacara keagamaan, dimana parfum biasanya terbuat dari tanaman Setiap kebudayaan menggunakan jenis parfum yang berbeda sesuai jenis tanaman yang tersedia di wilayahnya. Nah, budaya memakai parfum awalnya ditemukan pertama kali di peradaban Mesir.
Dari Mesir, budaya ini menyebar ke Tiongkok, Yunani, Roma, dan beberapa negara Timur Tengah. Diperkirakan bangsa Mesir mulai menggunakan botol kaca untuk menyimpan parfum. Hal ini dilakukan sekitar seabad yang lalu.
Sejarah Perkembangan Parfum Sekitar abad ke-16 sampai 11 SM, para perempuan Mesir menggunakan parfum untuk perlengkapan mandi dan bahan campuran kosmetik. Memasuki abad ke-17 Masehi, masyarakat Perancis menggunakan sarung tangan berparfum dalam kegiatan sehari-hari.
Lagi-lagi, kita belajar, bagaimana bangsa Mesir menjaga peradaban itu, menjadi komoditas yang menjadikan devisa bagi mereka. Dari papirus, kurma, karpet, sampai aneka wewangian.