Salah satu alumni Program Kartu Prakerja di Bontang yang membanggakan.
Namanya Herniati, ibu dua anak, Tinggal di Kelurahan Api Api, Kecamatan Bontang Utara.
Kesibukan Herniati saat ini berjualan di warung yang disewa tak jauh dari rumahnya, Rp 15 juta setahun. Jualan utamanya es kelapa. Tapi, ia kemudian menambah diversifikasi menu dengan gorengan, dan beppa janda. Hahaha.. awalnya kami kira ini apa, ternyata ‘beppa janda’ itu penganan khas Makassar dari tepung.
“Awal jualan kelapa saya hanya ambil sedikit. Demikian juga gorengan, tak sampai berkarung-karung terigu. Pinjaman pun tak berani ambil besar. Benar-benar khawatir terjadi kondisi seperti pandemi lagi,” ceritanya.
Awalnya sendirian, sekarang sudah ada lima orang yang membantunya. Dulu Herniati pernah bekerja di koperasi milik swasta bagian admin tapi setelah menikah dan punya anak Ia berhenti dan memilih berjualan es kelapa sampai sekarang.
Nanang, suaminya, pernah bekerja di perusahaan tambang di Bontang bergaji Rp 4 juta per bulan, angka yang cukup tinggi pada 2013. Namun, beberapa tahun lalu sang suami kena lay off karena sumber daya batubara di Bontang menipis. Nanang ditawari pindah ke Melak, Kutai Barat. Menolak.
Herniati sempat jadi omongan emak-emak karena membuka usaha di saat suaminya masih bekerja.
“Udah kerja suami isteri, masih aja buka usaha. Kurang aja duitnya ya,” sindir orang-orang.
Ia kemudian berhenti bekerja karena mesti mengasuh tiga anak. Kala sang suami dirumahkan perusahaan, saat itulah, keputusannya membuka warung justru dapat pujian dari emak-emak itu.
Pelatihan Tata Boga dari Kartu Prakerja dirasa sangat membantu usahanya. Ibu tiga anak ini mendapat banyak ilmu, dari pilih bahan, menggoreng, sampai menyajikan masakan.
“Terus terang awal bikin beppa janda dari nonton youtube aja. Saya ikut Prakerja bukan untuk mencari kerja, tapi untuk menambah ilmu saya. Bagaimana mengembangkan usaha dengan ilmu yang saya dapat,” katanya.
Herniati punya tekad kuat untuk berkembang, kalau mau sukses di hidup ini harus terus belajar.
“Mengikuti pelatihan membuat saya termotivasi. Juga bisa sharing ke banyak orang,” tukasnya.
Ia menyarankan orang-orang untuk tidak melulu berpikir menjadi karyawan.
“Ketika Anda lulus dari pendidikan, Anda hanya berpikir untuk cari kerja. Fokuslah untuk belajar dan menciptakan lapangan kerja. Saya tak pernah berpikir akan mempekerjakan sampai enam orang,” urainya.
Ia merinci, hidup sebagai karyawan standar di Bontang paling gajinya Rp6 juta. Dengan konsekuensi harus masuk kantor tepat waktu.
“Nilai segitu kalau dibagi sebulan, ya sehari kira-kira Rp200 ribu. Dengan bekerja seperti ini, saya yakin bisalah dapat dengan nilai yang sama, bahkan lebih,” jelasnya.
Sebuah inspirasi dari ibu yang tak kenal menyerah. Pernah merasakan kerasnya persaingan dari rival yang membuka dagangan serupa dengan porsi lebih besar untuk harga yang sama. Pernah menghadapi suami ter-PHK dan tentu saja serangan negara api bernama pandemi.
Selalu ada jalan untuk yang tak mau menyerah. Termasuk si ibu penjual beppa janda yang saat kami kunjungi, lapaknya nyaris tak pernah sepi pembeli.