Pelajarannya: dalam hidup ini harus punya ‘Contingency Plan’. Rencana darurat. Jangan hanya Plan A. Ada Plan B, dan seterusnya.
Oke, lagi-lagi saya harus mengaku telat nonton film. Bahkan kalah duluan dari Einzel di Jogja. Tapi, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak terlambat? Hehehehe… Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
‘Mencuri Raden Saleh’ merupakan film produksi Visinema 2022. Rilis 25 Agustus tahun lalu. Lalu sebulan kemudian diputar di Malaysia, dan 29 November 2022 di Jogja NETPAC Asia Film Festival. Saya nonton di Netflix, tentu saja, pada 22-23 Januari 2023.
Film berdurasi 2 jam setengah alias 154 menit ini kembali menunjukkan kejeniusan anak muda itu. Angga Dwimas Sasongko, sutradara 38 tahun lulusan D-3 Humas Universitas Indonesia.
Dari film ini pula saya dipaksa googling nama-nama castingnya. Makin moncernya Iqbaal Ramadhan -saya mengaguminya sejak Dilan, Bumi Manusia dan Ali & Ratu-Ratu Queens. Juga nama-nama lain: Rachel Amanda, Aghininy Haque sang jagoan taekwondo peringkat enam dunia yang tak ada hubungannya dengan keluarga Marisa Haque, sampai Muhamad Khan yang kisah hidupnya bak roller coaster. Dari ditolak jadi driver online sampai jadi pemenang Piala Citra.
Tentu saja saya tak akan menulis sinopsis film ini. Sudah banyak di onlen-onlen. Juga tak mau jadi spoiler. Nonton aja kalau mau lengkap. Yang pasti, saya tak setuju kalau film ini dianggap biasa-biasa, seperti kata seorang sahabat. IMdb alias lembaga pemeringkat film yang biasanya pelit memberi nilai, menuliskan rating lebih dari tujuh.
Ini film. Fiksi tentu saja. Tak usah mengkonotasikan Permadi sang mantan presiden dan Rama, anaknya yang playboy, dengan siapa-siapa. Juga soal Budiman Subiakto, bapaknya Piko, yang dipenjara karena didzolimi akibat kejahatan perbankan. Tak usah merujuk pada nama tertentu.
Nikmati saja, plotnya. Anak-anak muda itu merencanakan begitu rapi. Tak usah dipikir serius. Karena dalam perjalanan sebenarnya, dari Istana Negara menuju Galeri Nasional tak akan melewati Terowongan SCBD. Dalam kasus itu, mereka gagal.
Tapi, akhir film ini bercerita mereka sukses pada kesempatan kedua. Mencuri lukisan legendaris dari rumah sang mantan presiden nan tamak. Berhasil. Membuat kekacauan lewat Plan B. Kala bom suarnya gagal berfungsi pada awal. Lalu mobil catering itu keluar membawa lukisan. Tiba-tiba datanglah si Budiman merusak rencana, merebut mobil itu. Tapi, ternyata malah membawa lukisannya Agus Suwage: Yasser Arafat.
Pinjem diksi yang biasa dipakai mas Butet Kartaredjasa: Uasuwok, keren banget film ini.
Prepare for the worst. Piko bilang, “Kita harus punya Plan A dan Plan B. Yang kadang bisa dijalankan keduanya. Pelajaran yang bisa kita ambil dari penangkapan Pangeran Diponegoro, bahwa dia ga pernah punya Rencana Kontinjensi. Mulai dari sini, kita ga boleh beraksi tanpa ‘Contingency Plan’….”
So, apa improvisasi dan Rencana Kontinjensi Anda?