Satu lagi ikon baru Jakarta penghubung antarmoda transportasi massal. Tapi, ngeri juga berjalan di atasnya.
Jembatan Kebayoran, atau Kebayoran Skywalk sudah beroperasi. Meski belum sepenuhnya. Meski masih tertunda peresmiannya. Skywalk ini menghubungkan Stasiun Kebayoran dengan Halte TransJakarta Velbak. Juga dengan sisi Halte TransJakarta Kebayoran sebenarnya, cuma yang itu belum difungsikan.
Peresmian oleh Plt. Gubernur DKI Heru Budi Hartono juga masih tertunda. “Nanti saya cari waktu yang tepat,” kata eks Kepala Sekretariat Presiden itu.
Detikcom menulis, Skywalk ini bisa memangkas waktu perjalanan dari Halte Velbak ke Stasiun Kebayoran 5 menit. Detikcom mencoba menjajal skywalk ini dengan berjalan dari Halte Velbak per pukul 19.52 WIB. Lantai kayu skywalk cukup terasa nyaman untuk dipakai berjalan biasa.

Selain itu, penerangan di skywalk ini memadai. Di sampingnya, ada hiasan lampu yang bisa berganti warna. detikcom sampai pada pukul 20.00 WIB di Stasiun Kebayoran. Artinya waktu tempuhnya 8 menit saja.
Saya menjajalnya dua malam lalu. Dari Tanah Abang, naik Kereta Rel Listrik arah Serpong. Hanya dua stasiun, ‘lompat’ di Stasiun Kebayoran, saya berjalan di Skywalk menuju Velbak. Minta tolong pada petugas penjaga bernama Oktara untuk mengabadikan perjalanan itu.

Kesannya? Jembatan yang eksklusif. Beralas kayu-kayu yang kokoh nan indah. Seperti keindahan Jembatan Penyeberangan Orang di Halte TransJakarta Gelora Bung Karno. Tapi, perjalanan meniti kayu itu sangat panjang. Sekitar 500 meter. Dari Kebayoran, melintasi flyover, hingga menuju Halte Velbak yang memang tinggi sekali. Melewati bekas lokasi mantan kantor saya, Tempo News Room.
Ibarat film ‘Squid Game’, perjalanan di atas Kebayoran Skywalk yang sebenarnya indah itu jadi ngeri-ngeri sedap. Apalagi bagi orang yang acrophobia, takut ketinggian, seperti saya. Kayaknya perjalanan oper KRLTanah Abang-Stasiun Kebayoran-TransJakarta Velbak-Puri Beta lewat Skywalk ini urung jadi opsi harian saya ketika pulang kantor.
