Bakmi Jawa Haji Minto di Menteng sangat legendaris. Kini pindah dari kawasan Stasiun Gondangdia ke samping Sekolah Kanisius.
Sejak berkantor di MNC Tower Agustus 2020, saya menikmati Nasi Goreng dan Bakmi Jawa Haji Minto. Awalnya, lokasi kuliner bersejarah ini ada di sisi selatan Stasiun Gondangdia ke arah Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat. Namun, sejak setahun lalu, bakmi ini pindah ke kawasan food station di samping SMA Kanisius, Menteng Raya.
Malam itu, saya berkunjung lagi. Seorang pengamen datang, menyanyikan tembang ‘Komang’ yang biasa dinyanyikan Raim Laode untuk isterinya.
“Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita
Terpisah jarak dan waktu
Ingin kuungkapkan rinduku lewat kata indah
Tak cukup untuk dirimu
Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu…”
Di meja samping saya, sudah memesan duluan sehingga saya mesti lebih lama menunggu, duduk sekelompok sahabat lanjut usia dari perumahan Taman Modern, Cakung, Jakarta Timur.
“Kami biasa makan di sini. Kangen sudah lama,” kata Yohanes, yang malam itu bersama tiga temannya memesan daging cincang sapi. Tagline warung ini jelas: Jagonya Bakmi Sang Legenda!
Jawa Pos menulis penuturan Trianto, juru masuk Bakmi Jawa generasi kedua yang sudah akrab dengan saya. “Pesan nasi goreng dengan mie tanpa micin, kan?” katanya.
Mas Anto berkata, sejak 59 tahun silam, Bakmi Jawa Pak Minto telah memikat para petinggi negara. Pak Harto dan keluarganya, Bu Mega, Jokowi, hingga Anies Baswedan adalah sebagian pelanggannya.
’’Sudah dikenal dari zaman Presiden Soeharto sampai Ibu Megawati. Waktu Pak Jokowi masih jadi gubernur DKI juga sudah pernah merasakan. Pak Anies Baswedan juga langganan di warung ini,’’ terang putra ke-10 Minto itu.
Sering memanjakan lidah orang-orang penting negeri ini membuat Minto juga dikenal di kalangan atas. Jika ada agenda penting, baik yang sifatnya resmi maupun personal, para tokoh publik tersebut tidak segan mengontak Minto langsung. Minto pun biasa menerima order khusus lewat telepon.
Soeharto sering mengundangnya secara khusus untuk memasak di kediamannya. Penguasa Orde Baru itu meminta Trianto datang ke Cendana. Cukup datang saja. Sebab, segala perintilan untuk memasak sudah tersedia. Keluarga Cendana mempersiapkan semuanya.
’’Kalau Pak Harto dan Bu Mega itu saya dijemput untuk masak di rumah beliau-beliau. Saya dijemput naik mobil tentara, keperluan sudah disiapkan ajudan di sana, pulangnya saya diantar lagi,’’ kisah Trianto.
Jayalah kuliner Indonesia lewat orang-orang sederhana ini…