Sukses itu Garis Tangan, Kata Siapa?

Sering menjadi perdebatan di dunia olahraga, sebenarnya sampai umur berapa seseorang bisa berada di puncak prestasi?

Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro bak manusia bukan dari planet ini. Berbagai gelar sebagai pemain sepak bola terbaik di muka bumi sudah direnggutnya, hingga pria berjuluk CR7 itu mendapat julukan ‘GOAT: Greatest of All Time’.

Kecuali Piala Dunia untuk negaranya Portugal, Ronaldo punya segudang penghargaan dalam karir sepak bola hingga usia 38 tahun saat ini. Gelar pemain terbaik dunia Ballon d’Or diraihnya lima kali, pada 2008, 2013, 2014, 2016, dan 2017. Pada 2021, Ronaldo mendapat penghargaan istimewa ‘The Best FIFA Special Award for Outstanding Career Achievement’ karena prestasinya memecahkan rekor sebagai pencetak gol terbanyak bersama tim nasional dengan 122 gol.

Itu untuk pencapaian CR7 pada level individual. Bersama klub yang pernah dibelanya, Ronaldo pernah sekali merebut juara Primeira Liga Portugal (memperkuat Sporting Lisbon), tiga kali juara Premier League (Manchester United), dua juara La Liga (Real Madrid), dua juara Serie A (Juventus), lima kali juara Liga Champions Eropa (Manchester United dan Real Madrid), dua kali juara UEFA Super Cup (Real Madrid), dan empat kali juara FIFA Club World Cup (Manchester United dan Real Madrid). Sementara saat membela timnas Portugal, CR7 mempersembahkan sekali juara Piala Eropa dan juara UEFA Nations League. 

Apa kunci sukses Cristano Ronaldo bisa konsisten berprestasi dari usia belasan tahun hingga rentang dua dekade kemudian? Apa benar sukses itu diraihnya karena ‘garis tangan’, takdir, atau faktor keberuntungan semata? Sama sekali bukan. Ronaldo adalah contoh seorang atlet dengan semangat kerja keras tinggi. Ia tak berhenti berusaha berkembang dan mengasah kemampuan dirinya lebih dan lebih lagi, meski bagi banyak orang kemampuannya sudah berada pada level “dewa”.

Salah satu kutipan Ronaldo yang terkenal saat ia berkata, “Saya bukan perfeksionis, tetapi saya senang merasa bahwa segala sesuatunya dilakukan dengan baik. Lebih penting dari itu, saya memiliki kebutuhan tanpa henti untuk belajar, dan berkembang, tidak hanya untuk menyenangkan pelatih dan fans, tetapi juga untuk merasa puas dengan diri saya sendiri. Ini adalah keyakinan saya bahwa di sini tidak ada batasan untuk belajar, dan itu tidak akan pernah berhenti, tidak peduli berapa pun usia kita.”

Di usianya menginjak hampir kepala empat, Ronaldo tak pernah berhenti untuk belajar dan belajar mengembangkan kemampuan dirinya, di bidang yang sudah sangat dikuasainya: bermain sepak bola. Semua pencapaian yang diraihnya saat ini tak lepas dari proses keras yang dialaminya. Legenda dan pelatih Real Madrid Zinedine Zidane memuji etos kerja luar biasa CR7 dan menyatakan bahwa determinasi Ronaldo tak hanya terpancar saat bertanding di lapangan tapi juga di sesi latihan.

“Ronaldo sangat layak mendapat gelar pemain terbaik dunia. Saya melihatnya selalu datang paling awal dan pulang paling akhir di sesi latihan. Ia baru selesai latihan dua jam setelah jadwal berakhir, benar-benar contoh bagi semua orang, baik rekan satu tim, fans dan juga lawan,” kata Zidane.

Pujian pun datang dari pelatih Juventus Andrea Pirlo saat Ronaldo pindah ke klub langganan juara Liga Italia itu. “Ronaldo bekerja sangat keras. Dia yang pertama datang ke latihan dan yang terakhir pulang. Kehadirannya membawa antusiasme yang bisa Anda lihat di lapangan,” kata Pirlo. Bukan main-main, CR7 kerap datang 4 jam lebih awal dari jadwal latihan normal Juventus. Kapten timnas Portugal ini melakukan latihan individu dahulu termasuk memperkuat otot dan menambah sesi kebugaran di gym, baru kemudian mengikuti sesi latihan normal bersama rekan-rekan setimnya.

Dalam konteks meraih sukses kita di dunia profesional pekerjaan, baik sebagai karyawan maupun pelaku usaha mandiri, teladan yang diberikan Cristiano Ronaldo mengajarkan bahwa keberhasilan hanya bisa dicapai melalui kerja keras dan usaha untuk terus mengembangkan diri tanpa henti. Kita tak bisa mengklaim bahwa sukses lahir hanya karena kita keturunan orang kaya atau orang yang sebelumnya juga punya catatan keberhasilan di sektor serupa. Semua orang punya “privilege” atau hak istimewa meraih sukses asal ia punya semangat pantang menyerah, terus mau mengembangkan diri, tak pernah merasa puas berapapun umurnya saai ini. Ronaldo yang lahir dari anak keluarga miskin pasangan tukang kebun dan juru masak di Funchal, Portugis, membuktikan bahwa jadi sukses dan kaya bukan warisan. Kita bisa memulainya dari nol asal tekun mengembangkan diri dan bekerja keras melebihi rata-rata.

Tiga Alasan CR7 Jadi Figur Lifelong Learner

Benarkah usia emas seorang atlet, khususnya sepak bola, ada di umur 26 sampai 30 tahun? Ternyata, Cristiano Ronaldo membuktikan bahwa ‘golden age’ pada usia tertentu hanyalah mitos. Pada umur hampir kepala empat, pesepakbola Portugal dengan sapaan akrab CR7 ini masih memperoleh bayaran sangat tinggi seiring dengan skill dan kekuatan fisik mumpuni yang dimilikinya. 

Ronaldo pun mendapat atribusi sebagai “lifelong learner” karena kemauannya untuk terus mengasah keterampilannya bermain bola, meski bagi banyak orang ia dianggap sudah ada pada level “dewa”.

Apa saja yang menjadi alasan sehingga Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro layak menyandang gelar pembelajar sepanjang hayat, sebuah konsepsi yang saat ini terus dikampanyekan UNESCO?

1. Terus Mengasah Skill dan Pantang Merasa Puas

Salah satu kutipan pernyataan CR7 yang inspiratif yakni,

“I am not a perfectionist, but I like to feel that things are done well. More important than that, I feel an endless need to learn, to improve, to evolve, not only to please the coach and the fans, but also to feel satisfied with myself. It is my conviction that there are no limits to learning, and that it can never stop, no matter what our age.”

Pria kelahiran 5 Februari 1985 itu menegaskan bahwa ia merasakan kebutuhan tanpa henti untuk belajar dan berkembang  tidak hanya untuk menyenangkan pelatih dan fans, tetapi juga untuk merasa puas dengan diri saya sendiri. Bagi Ronaldo, tidak ada batasan untuk belajar, tidak peduli berapapun usia kita.

Prinsip inilah yang mengantarkannya mendapat julukan ‘GOAT: Greatest of All Time’ dengan segudang penghargaan, baik gelar pemain terbaik dunia maupun piala-piala juara bersama tiap klub yang dibelanya.

2. Bekerja Lebih Keras dari Lainnya

Cristiano Ronaldo memberi contoh bahwa sukses tak datang secara instan. Media Italia memberitakan, Ronaldo datang empat jam lebih awal sebelum latihan resmi dimulai. Pria yang setia dengan nomor punggung 7 ini pun senantiasa pulang lebih lambat saat teman-teman lainnya sudah lebih dulu meninggalkan tempat latihan klub.

“Ronaldo bekerja sangat keras. Dia yang pertama datang ke latihan, dan yang terakhir pulang,” ungkap pelatih Juventus, Andrea Pirlo.

Testimoni serupa datang dari legenda Prancis Zinedine Zidane. “Gelar itu layak, sangat layak. Saya melihatnya setiap hari di sesi latihan, dia selalu datang paling awal dan pulang paling akhir. Ia baru selesai latihan dua jam setelah jadwal berakhir,” kata mantan pelatih Real Madrid itu.

3. Sukses Bukan dari Garis Tangan

Sebuah ungkapan berkata, “Orang sukses selalu mencari jalan. Orang gagal selalu mencari alasan.” Bagi mereka yang terlahir dari kalangan biasa-biasa, lebih-lebih dari latar belakang keluarga miskin, mudah sekali berkata bahwa susah mencapai keberhasilan bila tidak ditunjang dengan faktor genetik unggul, pendidikan tinggi, fasilitas yang memadai, atau asupan nutrisi menjamin.

Namun, Cristiano Ronaldo yang kini menjadi salah satu atlet dengan penghasilan terbesar di dunia mematahkan anggapan itu. Lahir dari anak keluarga miskin pasangan tukang kebun dan juru masak di Funchal, Portugis, CR7 membuktikan bahwa jadi sukses serta kaya bukanlah warisan. Kita bisa memulainya dari nol asal tekun mengembangkan diri dan bekerja keras melebihi pesaing lainnya.

Sukses bukan semata soal takdir atau garis tangan. Semua orang punya “privilege” atau hak istimewa meraih keberhasilan hidup jika ia memiliki kemampuan besar untuk mencapainya. Semangat inilah yang harus terus dibangun dengan rasa haus dan lapar untuk berlatih, berlatih, dan berlatih. Mengevaluasi kekurangan diri, menambah porsi meningkatkan level  ilmu yang sudah dikuasai, serta mereguk kemampuan baru dari bidang-bidang yang belum dipahami.

Misalnya, pada seseorang di bidang komunikasi, jika merasa memiliki kemampuan menulis, harus dikembangkan dengan lebih “advanced” lagi. Selain itu, tambahkan dengan skill lain, misalnya teknik fotografi, mengedit video, kemampuan membuat copy dan caption untuk media sosial, serta hal-hal lain di seputar itu. Begitu pula untuk mereka yang merasa punya passion di bidang kuliner. Jangan puas hanya bisa bikin kue. Tambahkan dengan skill memasak hidangan utama, sayur-sayuran berbagai daerah di nusantara, baru kemudian ditambahkan softskill lain di ranah manajemen kuliner. Misalnya bagaimana memviralkan sebuah resep baru di media sosial, hingga belajar meraup cuan dengan membuat toko kuliner online yang dipasarkan melalui marketplace.

Untuk memperlengkapi angkatan kerja Indonesia menjadi “lifelong learner” dan terus belajar hingga usia yang mungkin dibilang senja, pemerintah menyiapkan Program Prakerja yang memudahkan setiap orang memiliki akses mendapatkan beasiswa pelatihan. Ada beragam jenis pelatihan bisa didapat untuk mengembangkan skill agar seseorang “naik level”. Dari tidak tahu jadi tahu, dari tidak bisa jadi bisa. Begitupula kalau sudah merasa memiliki kemampuan dasar di bidang tertentu, ikuti pelatihan level menengah atau lanjutan, untuk memastikan skill kita di atas rata-rata para kompetitor di bidang sejenis.

Presiden Jokowi mengungkapkan, jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini mencapai Rp 143,7 juta dan akan terus bertambah 3,5 juta per tahun mengikuti angka lulusan baru (fresh graduate) dari pendidikan formal. Pesatnya peningkatan jumlah angkatan kerja bisa menjadi daya ungkit dan peluang bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju. Namun, berlimpahnya sumber daya manusia produktif justru jadi bumerang jika skill angkatan kerja kita tidak berkembang dan cenderung jalan di tempat. Tak ada jalan lain, kecuali mendongkrak semangat belajar angkatan kerja untuk mau belajar, belajar, dan terus belajar menambah kompetensi dirinya, baik melalui skilling, reskilling, maupun upskilling. Namun, sekali lagi semua itu kembali kepada kemauan personal masing-masing.

Jadi, kalau Ronaldo dengan semangat “lifelong learning” nya masih belum puas dengan kemampuan dirinya di usia 38 tahun, masak kamu menyerah dan mau hidupmu begini-begini saja? Buka mata, kembangkan diri dengan berbagai pelatihan meningkatkan skill, dapatkan kepercayaan diri lebih dan raih masa depan lebih cemerlang seiring pendapatan yang terus meningkat!

————————–

Program Kartu Prakerja berkomitmen untuk menyediakan akses pelatihan dengan berbagai moda pembelajaran bagi seluruh angkatan kerja Indonesia lewat beasiswa pelatihan guna mendukung budaya belajar sepanjang hayat (Lifelong learning) di Indonesia. Hal ini sejalan dengan 8 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang diusung oleh PBB (United Nation). Daftar sekarang di www.prakerja.go.id dan dapatkan beasiswa pelatihan sebesar Rp3,500,000 untuk #JadiBisa   

Leave a Reply

Your email address will not be published.