Saya sering terheran dengan kehidupan ini. Mengapa di beberapa pertandingan sepak bola penting yang saya ikuti berakhir dengan adu penalti? Dalam lomba interclassmeeting SMA Negeri 4 Surabaya 1992, Dekan Cup FISIP Unair 1999, turnamen sepak bola antar kampung di Distrik Lautem, Lospalos, Timor Leste 2001, dan kemarin 17-an kantor PMO Prakerja.
Di semua kesempatan itu, saya ambil kesempatan sebagai eksekutor penalti. Semua masuk, kecuali yang pertama saat SMA. Yang gawangnya tidak dijaga orang, tapi berupa memasukkan bola kecil ke bawah kolong meja.
Sebelum kemarin menjadi penendang pertama, saya bicara sangat dekat dan jelas ke sahabat saya di tim yang sama, “Kalau nanti saya diberi kesempatan ambil, saya akan tendang ke kiri. Kiri saya. Atau kanannya kiper.”
Itu kunci sukses pertama: “goal” dalam hidup harus clear. Very obvious. Visualisasikan keberhasilanmu.
Saya juga brief ke rekan-rekan. “Sudah, yang penting tendang bola sekeras mungkin. Sekencang-kencangnya!”
Itu kunci keberhasilan kedua: Tendang sekeras mungkin artinya kuatkan tekadmu. No matter what!
Berikutnya, kita tak bisa memungkiri. Dalam situasi seperti ini, kita perlu faktor ‘luck’.
Itu kunci kemenangan hidup ini juga: Jaga agar keberuntungan selalu besertamu. Saat kita tendang ke kiri, eh kiper ke kanan. Saat sepakan kita masuk, eh tendangan lawan melambung. Juara!
Sukses harus divisualisasikan, ditekadkan, dan dapatkan hoki dalam hidup.
#MaknaKehidupan
#SepakBoladanHidup
#RefleksiHidup
#AduPenalti
#LoveYourLife
“Berikutnya, kita tak bisa memungkiri. Dalam situasi seperti ini, kita perlu faktor ‘luck’.”
Saya suka kalimat ini. Siapa yang bakal tau, kiper mau miring ke arah mana. Kalau Anda beruntung, kiper akan mengarah ke target tendangan Anda. Kalau tidak beruntung, akan berlaku sebalikya…