Petrus Sitohang Tanjungpinang

Bersua sahabat lama dari Kepulauan Riau. Berdiskusi tentang politik, masa depan ekonomi negeri, dan jalan-jalan hidup kami.

Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Sekira enam tahun silam, kala memegang beberapa akun media sosial Kantor Staf Presiden, ada sebuah pesan masuk di Facebook resmi KSP. Tak semua admin memperhatikan, membaca, bahkan membalas pesan yang masuk di inbox medsos instansi. Tapi, sore itu, saya tergelitik membaca pesan masuk dan menindaklanjuti perkenalan dengan sang pengirim chat. Namanya Petrus Sitohang, anggota DPRD Kota Tanjungpinang, ibu kota provinsi Kepulauan Riau.

Demikianlah, perkenalan itu berlanjut dalam percakapan ponsel. Bertukar pikiran tentang berbagai hal. Lalu pada 2017 juga, ia mengundang saya ke Tanjungpinang nan elok di Pulau Bintan, dalam rangkaian program resesnya bertemu konstituen mahasiswa. Itu kali kedua mengunjungi pulau yang hanya sepelemparan batu dari Singapura. Sebelumnya, 2010, meliput balap sepeda ‘Tour de Bintan’.

Selanjutnya, setiap ayah empat anak ini ke Jakarta, Bang Petrus selalu memberi kabar. Sayang, saya belum ke Bintan lagi sejak saat itu. Mengangeni traktirannya makan gonggong, siput laut yang jadi ikon kuliner Batam, Bintan, dan pulau-pulau lain di sekitarnya.

Malam kemarin, kami bertemu di salah satu spot kekinian Blok M. Kepala dan tubuh saya seakan melambung ke angkasa ketika pelukan dan salamannya diiringi kalimat, “Orang lain bertambah tua, tapi Pak Jojo ini makin nampak sehat dan muda.” Maka, soal intermittent fasting pun jadi bahan pembuka obrolan ringan.

Kini, Bang Petrus bukan lagi anggota dewan. Kelar dari parlemen kota, ia bekerja di resort Lagoi, destinasi wisata premium di Bintan. Tempat turis Singapura biasa plesir akhir pekan. Namun, pandemi kemudian menerjang. “Saya kembali ke profesi passion saya. Akuntan publik,” kata pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini. Baginya, lima tahun jadi wakil rakyat pada 2014-2019 bak jadi ‘CSR’ atau tanggung jawab sosial dalam hidupnya. Sekarang kembali ngegas di urusan laporan keuangan, aplikasi sistem audit, dan lain-lain.

“Kantor auditor kami meretas langkah agar terus membesar. Termasuk berupaya jadi auditor kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Kami sudah terdaftar jadi mitra BPK, jadi bisalah masuk ke instansi-instansi itu,” ungkap pria 58 tahun dengan semangat tinggi ini.

Masing-masing seporsi mie rebus dan mie goreng kering berteman tujuh potong pangsit goreng menemani perbincangan hingga Kedai Tjikini M Bloc, Jaksel, dinyatakan tutup malam itu. Esok paginya, Bang Petrus kembali terbang ke Bandara Raja Haji Fisabililla di Kijang, Tanjungpinang.

Hidup harus terus berjalan. “Pak Jojo menyesal dengan pilihan yang pernah Pak Jojo ambil?” tanyanya.

Tentu saja saya tegas menjawab, “Tidak!” Setiap lembaran hidup adalah pelajaran penting untuk membuat kita lebih maju, berprogres, dan ujungnya berdampak baik bagi sesama. Demikian juga harapan saya pada pilihan-pilihan beliau.

Sehat dan terus memberkati, Bang Petrus Sitohang…

One Reply to “Petrus Sitohang Tanjungpinang”

  1. Jadi tersanjung ketika jejak langkah orang kecil seperti saya ini dituliskan oleh wartawan dosen ilmu komunikasi level atas seperti saudara mas Jojo Raharjo.

    Keunikannya beliau itu jelas pendukung Bajul Ijo Persebaya padahal saya pendukung Singo Edan Arema… Heheheheh….

Leave a Reply

Your email address will not be published.