Jeng Yah dan Ketegasan Perempuan

‘Gadis Kretek’ episode satu. Better late than never.

Sudah beberapa kawan bertanya, “Sudah nonton ‘Gadis Kretek’ belum, Jo?” Pun juga melihat spillnya dari medsos kawan. Sayangnya, saat itu saya belum sempat menyaksikan serial orisinal Netflix pertama di Indonesia ini. Masih ada tanggungan series lain yang belum tamat: Season 10 ‘Blacklist’-nya Raymond Reddington.

Hari ini, ketika urusan lain itu kelar, mulai deh bisa menikmati ‘Gadis Kretek’.

Kesan pertama, tentu ini film bertabur bintang. Galacticos. Pesona Dian Sastrowardoyo tak pudar sejak 2 dekade silam sejak ‘Pasir Berbisik’, ‘Ada Apa dengan Cinta’ 1-2, hingga ‘Aruna dan Lidahnya’. Selanjutnya, Putri Marino adalah Dian Sastro masa kini. Perannya sebagai Lea di ‘One Night Stand’ lebih melekat di kepala saya daripada ‘Posesif’ atau ‘Layangan Putus’. Ada pula Siti Fauziah Saekhoni, yang melejit lewat cast Bu Tejo di ‘Tilik’, berperan sebagai staf Museum Kretek. Untuk pemeran pria, jangan lupakan kemewahan Ario Bayu dan Arya Saloka.

Namun, nama Rukman Rosadi tak bisa dilupakan.  Berperan sebagai Idroes Moeria, ayah Dian Sastro (Dasiyah alias Jeng Yah), Rukman merupakan kepala pelatih peran di serial ini. Aktor senior yang mengawali karirnya dengan peran-peran pada sinetron ‘Oh Mama Oh Papa’ ini sehari-hari jadi dosen di Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Seni Teater di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Episode Satu ‘Gadis Kretek’ mengangkat peran keluarga Idroes Moeria, juragan rokok kretek ‘Merdeka’ yang berhadapan dengan kompetitornya, rokok kretek ‘Proklamasi’. Idroes beristrikan Roemaisa. Ah, ini juga diperankan artis papan atas, si ‘perempuan berkumis’ Sha Ine Febriyanti. Mereka tinggal di Kota M. Entahlah, mungkin Magelang. Tak banyak novel -film ini diangkat dari novel karya Ratih Kumala terbitan Gramedia- menyebut nama kota dengan singkatan. Anda penyuka Pramoedya Ananta Toer tentu ingat dengan latar Kota B pada tetralogi Mas Pram. Entahlah, mungkin Blora.

‘Gadis Kretek’ dimainkan epik. Plotnya terus geser. Loncat dari era 1960-an, lompat ke 2001, kembali lagi ke 1960-an. Begitulah. Settingnya di Museum Kretek Kudus. Juga difilmkan di Magelang, Muntilan, Ambarawa, Solo, Klaten, dan Yogyakarta.

Kulo ugi lahir di Gudang Mbako. Aku bisa mengenali bau srinthil, pucuk tembakau,” itulah pernyataan Jeng Yah saat diremehkan seolah tak paham urusan tembakau.

Selanjutnya, episode perdana ‘Gadis Kretek’ berkisah tentang perkenalan Jeng Yah dengan Soeraja (Ario Bayu), dengan plot kemudian membawa masa tua Raja dalam misi mencari Jeng Yah kembali. Di situlah anak-anak mereka bertemu. Arya Saloka dan Putri Marino.

“Mimpi saya adalah menciptakan kretek terbaik, tapi di dunia kretek, perempuan hanya boleh menjadi pelinting saja…” kata Jeng Yah lagi.

IMdB memberi rating 8,4 dan 9,1 pada series garapan Ifa Isfansyah dan Kamila Andini, pasangan suami isteri, menantu dan anak sutradara legendaris Garin Nugroho. Tak sabar melanjutkan ke episode berikutnya. Tapi, cukup sehari satu saja. Biar kepuasaan dan valuesnya tak jadi hambar.


Leave a Reply

Your email address will not be published.