Minggu kemarin, Magdalena Christina berkotbah lima kali di GMS Puri. Saya ikut dua kali ibadah. Ini ringkasan Firman Tuhan pada Sunday Service keempat, pukul 15.00 – 16.30 WIB.
Isteri Pastor Fuji Harsono ini mendasari Firman Tuhan berjudul ’Mata kapak yang hilang – Tuhan mengembalikan apa yang hilang’ dari kisah salah satu mujizat Nabi Elia dari II Raja-Raja 6:1-7.
”Jadilah orang proaktif bukan pasif menunggu. Problem solver bukan problem maker,” pesan Magdalena.
Elisa selalu bertanya apa yang bisa kubantu?
Ia menekankan, kadang dalam hidup kita ada hal-hal buruk di luar kendali kita. Hal itu wajar saja, karena kita tinggal di dunia yang sudah hancur.

”It’s oke masalah itu biasa, Tuhan kita luar biasa. Mujizat membuat kita bertahan melewati masalah,” jelasnya.
Dari style Elisa mengambil dahan yang dilempar ke air agar mata kapak itu kembali, menunjukkan bahwa Tuhan punya cara yang sangat kreatif dalam melakukan mujizat.
”Nature dari mujizat selalu melibatkan kita. Mujizat tak pernah membuat kita bermalas-malasan,” katanya dengan mengingatkan pada kisah janda di Sarfat yang harus mencari tempayan dan buli-buli agar diisi tepung serta minyak, seberapa pun banyak wadahnya.
“Di dalam kehidupan kita apa yang hilang? Apa yang terbuang dalam hidupmu? Tuhan mengembalikan apa yang hilang.
Tuhan kita memastikan apa yang menjadi bagian kita tetap akan menjadi bagian kita. Sebagaimana makna kata Syalom, all is well,” urainya.

Pelajaran dari kisah kapak yang mengapung, dirangkum sebagai berikut:
Pertama, Jadilah orang yang proaktif menawarkan solusi.
Kedua, Selalu libatkan Tuhan dalam keseharian.
Ketiga, Tuhan menghargai kejujuran dan akuntabilitas.
Keempat, Bergantunglah kepada Tuhan mulai dari hal kecil.
Kelima, Tuhan peduli terhadap detail kita.
Keenam, Tuhan akan mengembalikan apa yang hilang.
“Percaya mukjizat terjadi
Kuasa-Mu nyata disini
Kau melakukan perkara heran diluar pikiran
Percaya mukjizat terjadi
Kuasa-Mu nyata disini
Jauh melampaui pikiranku
Aku sudah sembuh…”