BKN PDI Perjuangan Gelar Festival Desa V: Meneguhkan Kedaulatan Rakyat atas Tanah dan Pancasila Melalui Gerakan Kebudayaan Desa

Di tengah meningkatnya ketimpangan lahan, krisis ekologis, dan pudarnya hubungan rakyat dengan akar budayanya, Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan meluncurkan Festival Desa ke-5 di Taman Suropati, Jakarta.

Mengusung tema ’Di Atas Tanah Kita Berdiri, Dari Desa Kita Mengakar’, festival ini menjadi seruan ideologis untuk meneguhkan kembali kedaulatan rakyat atas tanah, bahwa kemakmuran dan keadilan sosial hanya bisa tumbuh jika bangsa ini berdamai dengan akar, sejarah, dan nilai-nilai kemanusiaannya sendiri.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kebudayaan, Rano Karno, menyebut Festival Desa sebagai ruang kebudayaan rakyat yang hidup dari gotong royong. “Desa adalah rahim peradaban Indonesia. Menoleh ke desa bukan berarti mundur, tapi memastikan langkah kita ke depan tetap berpijak di atas tanah yang adil, lestari, dan berdaulat,” tegasnya.

Lebih dari sekadar ajang seni, Festival Desa ke-5 lahir dari kesadaran politik kebudayaan bahwa bangsa yang tercerabut dari tanahnya akan kehilangan jati diri dan arah perjuangan. Di tengah lebih dari 2.400 konflik agraria yang tercatat Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dalam lima tahun terakhir, festival ini menghidupkan kembali pesan Bung Karno dalam Pasal 33 UUD 1945, UUPA 1960, Pancasila, dan Trisakti, bahwa tanah bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi simbol kedaulatan rakyat dan alat perjuangan menuju kemakmuran bersama. Melalui karya, rakyat diajak membumikan kembali gagasan keadilan sosial dalam bentuk yang paling membumi: seni dan budaya desa.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemuda dan Olahraga, My Esti Wijayati, menambahkan bahwa generasi muda perlu memahami kembali Pancasila dari akar kehidupan rakyat. “Pancasila tidak berhenti di ruang kelas atau seremoni. Ia hidup di sawah, di pasar, di jalan-jalan desa tempat solidaritas tumbuh alami,” ujarnya.

Ketua Panitia, Ibrahim Rusli Jr, menjelaskan bahwa tema agraria juga mencerminkan ekspresi syukur dan cinta tanah air. “Melalui karya seni, kita belajar menjaga bumi, menghormati tanah, dan mencintai negeri ini dari akar yang paling dalam: desa,” katanya.

Festival Desa ke-5 menghadirkan Lomba Video Kreatif dan Lomba Puisi berdurasi 7–15 menit, dengan filosofi pitulungan (pertolongan) sebagai simbol gotong royong. Peserta akan memperebutkan Piala Megawati – Kawal Pancasila dari Desa dan total hadiah ratusan juta rupiah. Penilaian dilakukan oleh Vivian Idris, Peri Sandi Huizche, dan Adi Nugroho, tiga pakar di bidangnya.

Sejak 2021, Festival Desa telah melibatkan lebih dari 1.200 peserta dengan 600 karya terkurasi dan 60 pemenang nasional. Informasi lengkap tersedia di www.bknpdiperjuangan.id dan akun media sosial @bknpusat.

Menutup acara, Rano Karno mengingatkan pesan Bung Karno. ”Dengan merawat desa, kita sedang merawat Indonesia. Dari tanah yang kita pijak dan akar budaya yang kita rawat, bangsa ini menegaskan diri sebagai negeri yang berdaulat, berbudaya, dan berpihak kepada rakyat,” serunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.