Siapa bilang ekonomi kita buruk? Siapa bilang tak ada gebrakan dari pemimpin negeri ini?
Hera Haryn dari CNN Indonesia menghadirkannya dengan amat entertaining!
"the future belongs to those who believe in the beauty of their dreams, masa depan adalah milik mereka yang percaya kepada keindahan mimpi-mimpinya.."
Siapa bilang ekonomi kita buruk? Siapa bilang tak ada gebrakan dari pemimpin negeri ini?
Hera Haryn dari CNN Indonesia menghadirkannya dengan amat entertaining!
Pada 3 Mei 2016, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bersama jurnalis di seluruh dunia memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional atau World Press Freedom Day 2016 (WPFD 2016).
Seperti kita ketahui bersama, WFPD 2016 adalah hari yang dipilih AJI sebagai momentum untuk mengkampanyekan prinsip-prinsip dasar kebebasan pers dan kebebasan berekspresi di Indonesia. Dua prinsip dasar itulah yang juga menjadi esensi terbentuknya AJI pada Deklarasi Sirnagalih, 7 Agustus 1994.
Dalam WPFD 2016 ini, AJI mengusung tema “Berbeda itu Hak!”, yang berkaitan dengan situasi pemenuhan hak asasi manusia (HAM). Khususnya yang terkait dengan jaminan Pasal 19 DUHAM dan Pasal 28F Undang-undang Dasar 1945.
Continue reading “World Press Freedom Day 2016: #BedaItuHak”
Sebagaimana dimuat di sini
JAKARTA, KOMPAS.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menyatakan idealnya upah layak jurnalis pemula tahun 2016 sebesar Rp 7,54 juta. Upah ini berlaku bagi jurnalis yang baru diangkat tetap.
Menurut standar kelayakan AJI Jakarta, angka itu sudah naik dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 6,51 juta. Tapi ketanyaannya, dari survei yang dilakukan AJI Jakarta sejak Januari 2016, banyak perusahaan media yang memberikan upah di bawah layak.
Kekuatan siaran berita televisi yakni atmosfer atau natural sound serta suasana alami saat sebuah news terjadi. Tunjukkan itu agar berbicara sendiri, membawa pemirsa ke tempat peristiwa.
Kuartet srikandi Ultima News: Annisa Putri Heriyanti, Ajeng Sekar Rini, Mila Sari, dan Nadia Hersanty menujukkan keseriusannya menggarap paket liputan Nobar Gerhana di Planetarium Jakarta. Salah satu buktinya, dalam tayangan sepanjang hampir tiga menit itu, mereka mengawalinya dengan gambar subuh. Dari kemacetan di Raya Cikini, hingga antrean pengunjung untuk mendapatkan kacamata gratis.
Continue reading “Gambar, Atmosfer dan Adegan Natural Super Keren!”
Untuk menggembarkan keseruan dan antusiasme masyarakat Jakarta dan sekitarnya menonton Gerhana Matahari di Planetarium, mereka menjaring suara para pelaku.
Mereka pergi berempat, Rizaldy Febriyansyah, Ahmad S. Huda Ibrahim, Dio Djohar dan Catur Dharma menuju ke kawasan Cikini sejak subuh. Angle yang diambil bagaimana antusiasme warga Jakarta dan kawasan sekitar ibukota menyambut gerhana. Mungkin karena datangnya dini hari, mereka pun berkonsentrasi mengambil gambar di dalam dan di luar Planetarium saat masih subuh, yang notabene amat gelap.
Liputan keren, presenternya percaya diri. Tinggal belajar fokus saja.
Apriana Nurul Aridha tampak pede membawakan liputan langsung nonton bareng Gerhana Matahari Sebagian di Planetarium Jakarta. Tampaknya, berdasarkan video-video yang beredar di youtube, Apriana cukup punya jam terbang. menjadi reporter atau presenter. Kali ini, bersama Randeska, Andina Kamia, Bunga Dwi dan Diva Maudy mereka tampil apik di liputan gerhana sejak subuh.
Sebuah karya berita jurnalisme televisi merupakan gabungan dari tiga proses: pra-produksi (erencanaan), produksi (eksekusi) dan pasca-produksi (editing naskah dan visual, mixing, dll).
Dibuka oleh piece to camera (PTC) Jasmine Saputri, liputan ini sebenarnya memiliki bangunan cerita yang bagus. Bercerita tentang kritik atas pelaksanaan suasana nonton bareng Gerhana Matahari di Planetarium yang masih kurang memuaskan warga Jakarta dan sekitarnya. Dua anggota lain kelompok ini, Gusthia Sasky, dan Reyhan Alfarisi menunjang penampilan Jasmine dari balik kamera dan komputer editing.
Tak mau kelewatan momen dalam peliputan gerhana, lima jurnalis dalam satu tim ini memilih menginap di dekat TKP.
Tim ini beranggotakan Margaretha Sembiring, Vividha Jati, Shanaz Marti Utami, Bonita Widi dan Arfyana Citra Rahayu. Mereka hanya menghasilkan video berdurasi 2 menit 8 detik, namun berhasil membangun kesan bagi pemirsa, bahwa momen Gerhana Matahari ternyata dianggap penting bagi sebagian warga Jakarta.
Ala bisa karena biasa. Jam terbang dan pengalaman memegang peranan penting dalam menghasilkan karya yang lebih baik. Tapi, kuncinya, jangan pernah berpuas diri. Perbaiki kekurangan yang ada.
Saat mereview peliputan peliputan fenomena gerhana matahari karya Vivi Melyan, Andreas Fan Cristian, Daniel Cahyadi dan Kelvin Layzuardy, secara tak sengaja saya menemukan ‘portofolio’ mereka yang lain. Di kanal youtube, ternyata kelompok ini pernah secara khusus mewawancarai Dahlan Iskan, tokoh pers yang juga pernah menjabat Menteri BUMN di Lapangan Monumen Nasional, di sela-sela Dahlan melakukan aktivitas senam pagi hariannya. Saat itu, mereka mengejar Dahlan untuk tugas Sejarah Jurnalistik dan meminta Dahlan berkisah tentang pengalaman serta cerita-ceritanya mengenai perjalanan jurnalistik di Indonesia, dengan wawancara berlangsung cair dan nyaris tanpa grogi. Betapa sebuah effort yang kuat untuk mengejar sebuah tokoh ternama.
Continue reading “Ketika Jam Terbang Ternyata Berperan Penting”
Ibarat masuk ke pasar, saat liputan kita dihadapkan pada begitu banyak pilihan bahan untuk dimasak. Sebaiknya, pilih satu ‘masakan’ lalu fokus di situ. Jangan terbuai dengan banyaknya belanjaan yang bisa diambil. Perencanaan matang dan pikiran cerdas menjadi kunci.
Banyak sudut pandang alias perspektif alias angle bisa diambil dalam sebuah peristiwa besar seperti peliputan Gerhana Matahari Total di Planetarium Jakarta. Erwin Halimuci, Ramadhan Sultan, Nicolas Laurencius dan Devina Aurel mesti belajar bagaimana memilih satu saja di antara belantara fenomena itu untuk diseriusin lebih mendalam.