Banyak ramalan beredar di tahun baru. Apapun yang terjadi, satu hal sudah pasti di tahun ini: Media baru akan semakin menggejala.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=MvT5I2ZuRWg&feature=youtu.be]
Baru saja saya menutup sebuah tabloid hiburan yang terbit dalam edisi awal tahun, dengan berita sampul perceraian seorang pemain film belia dengan pengusaha muda, anak mantan pejabat negeri ini. Dalam halaman mengenai ramalan-ramalan peristiwa di 2012, tabloid itu menulis antara lain: bakal ada tiga atau empat artis meninggal sekaligus dalam sebuah kecelakaan, seorang penyanyi perempuan bakal buka kartu atas prahara cintanya selama ini, anak kedua presiden menantikan momongan, si pemyanyi A bakal makin moncer go international, si penyanyi A lain bakal bebas dari penjara, dan lain-lain.
Benar atau tidaknya prediksi-prediksi itu, tentu harus dibuktikan oleh waktu. Tapi, satu hal yang saya yakini pasti: era media baru bakal semakin berkibar di 2012. Seiring dengan kecepatan dan kemudahan koneksi internet, perkembangan jejaring sosial bakal kian meraja. Era Blog di awal 2000-an, Friendster di 2004, Youtube pada 2005, Facebook di 2006/07-an, hingga demam twitter pada 2010/11 bukanlah akhir dari revolusi sosial media. Demam internet murah dan turunnya harga telepon pintar menjadikan media sosial sebagai sarana penyampai opini yang cepat dan paling diminati. Apapun bentuknya: teks, foto, maupun video.
Maka, atas semakin masifnya pengguna media baru ini, Indonesia adalah pengguna Twitter terbanyak ketiga di dunia. Presiden SBY pun bangga dan sempat memamerkannya di hadapan pengusaha Amerika Serikat.
“Kami memiliki ‘kolam’ besar penduduk muda. Sekitar 50 persen dari 240 juta penduduk Indonesia di bawah usia 29 tahun,” kata SBY saat memberikan sambutan dalam Overseas Private Invesment Corporation (OPIC) yang berlangsung di Ballroom Hotel Sangri La, Jakarta, pertengahan tahun silam.
Acara ini dihadiri oleh ratusan pengusaha Amerika Serikat. Hadir pula Dubes AS untuk Indonesia, Scott Marciel dan Presiden dan CEO OPIC Elizabeth Littlefield. “Pemuda kami ini bisa dibilang paling ‘connected’. Saat ini kita adalah pengguna Facebook tertinggi kedua di dunia, dan tertinggi ketiga pengguna Twitter,” ungkap SBY.
Pisau bermata dua
Pertanyaannya sekarang: apakah media baru menjalankan eksistensinya sebagai sesuatu yang bermanfaat, atau justru menjadi pembawa petaka? Demikianlah, bak pisau bermata dua, kehadiran media baru –khususnya sosial media- bisa membawa untung atau buntung, tergantung si pemakai.
Tak terkecuali dalam konflik PSSI. Sarana propaganda meluncur lewat berbagai akun twitter, facebook, forum dan juga media-media dalam jaringan lainnya. Mana yang benar dan mana yang salah, kita sama-sama tak tahu. Mereka yang menggelontorkan status atau linimasa lebih banyak seolah menjadi pemimpin opini dan mengklaim paling benar.
Sebaliknya, apapun lontaran di dunia internet yang dinila kontraproduktif akan jadi boomerang dan menjadi senjata ampuh bagi “lawan politik”-nya. Seperti yang akhir-akhir ini jadi perbincangan hangat, seorang pejabat sebuah klub sepakbola berikrar rela dikhitan lagi bila pemain kesayangannya benar-benar pindah klub.
Dunia sosial media adalah dunia keniscayaan dan ketidakniscayaan. Percaya dan tak percaya, ada dan tiada, namun persebarannya bisa begitu cepat meluas. Alih-alih menyebarkan kebencian pada klub dan pendukung tim sepakbola lain, mengapa tidak memuat pesan positif tentang makna persahabatan dalam sepakbola. Saya sempat menjalankan misi itu saat meliput final sepakbola SEA Games 2011 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sebagaimana ditayangkan Kompas TV di sini. Daripada mengejek supporter Malaysia, mengapa tidak menyampaikan pesan perdamaian dari dua negara serumpun?
Mulutmu harimaumu. Statusmu personalisasimu. Karena itu, memasuki tahun baru ini, pesan ramalannya jelas sekali: mari kita bijak dalam menggunakan media baru!
- Agustinus Eko Rahardjo, penggila sepakbola, jurnalis Kompas TV
Penajaman definisi ‘the new media’ di artikel ini rada bikin bingung. Saya sempat berpikir ‘new media’ di sini hadir scr konseptual. Bukan sebuah produk baru ; media yg baru terbit. Tp sip lah.. Salut pak Jojo!
Kilasan 2011 yang cermat dari sisi media sosial. Memang kecepatannya luar biasa, tapi data dan sumber tampaknya sudah bukan barang yang suci lagi. Semua bisa beropini. Bahkan dengan akun palsu sekalipun. Sayang. Salam buat mas Jojo.