Saatnya Sepak Bola Modern Berbasiskan Teknologi

Jangan terus meratapi kegagalan timnas SEA Games. Ini saatnya, melek diri, menuju era sepakbola modern.

Sudirman (kiri) dan Andreas Marbun di "Kompas Petang". Bahas sepakbola secara teknis.
Sudirman (kiri) dan Andreas Marbun di “Kompas Petang”. Bahas sepakbola secara teknis.

Indonesia gagal mengulang memori medali emas SEA Games pada 22 tahun silam, saat tim nasional sepakbola kembali bertemu Thailand di partai puncak pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara. Gol tunggal Sarawut Masuk di menit ke-22, gagal dibalas Yandi Sofyan dkk hingga wasit Wang Zhe dari China meniup peluit panjang. Harapan besar agar Indonesia mampu merebut medali emas ketiga dari cabang sepakbola di sepanjang sejarah SEA Games, musnah.

Tapi, bagi saya, ada yang menarik di antara hingar-bingar berita Final Sepak Bola SEA Games ini. Yakni, fenomena media sosial yang kian membanjiri dunia informasi kita, di luar media mainstream. Di antara media-media sosial itu, hadir Pandit Football, yang secara khusus menempatkan diri sebagai pusat analisis data dan skema permainan, baik melalui akun twitter maupun situs resminya. Secara detail, mereka menyorot alur serangan, interval terjadinya gol, sampai mengupas proses gol dari masing-masing tim. Bagi yang tidak biasa, agak rumit melihat hasil-hasil analisis Pandit Football, tapi sesungguhnya, pendekatan ilmiah dan sains seperti inilah yang tengah giat dikembangkan dalam khasanah sepakbola modern di dunia.

“Hampir semua serangan Thailand berawal dari sayap. Mereka melakukan dengan baik, untuk kemudian mengarahkan ke tengah. Tapi tak perlu pesimistis, karena kita punya pemain-pemain dengan kecepatan tinggi, “ kata Andreas Marbun, pendiri Pandit Football, dalam dialog “Kompas Petang”, Sabtu (21/12).

Pria yang baru saja belajar ilmu kepelatihan di Inggris ini hadir bersama Sudirman, mantan kapten tim nasional sepakbola Indonesia. Pada SEA Games 1991 di Manila, Sudiman tampil sebagai eksekutor terakhir adu penalti di partai final. “Ini kesempatan emas Indonesia, sekarang atau tidak sama sekali,” kata pria yang terakhir menjadi asisten pelatih Persija Jakarta.

Sepakbola modern

Passing area sepertiga akhir kedua tim di babak pertama. Memperkaya taktik lewat data & statistik.
Passing area sepertiga akhir kedua tim di babak pertama. Memperkaya taktik lewat data & statistik.

Seusai pertandingan yang berakhir mengecewakan untuk Indonesia, akun @panditfootball tak mengisinya dengan twit-twit melankolis terkait hasil final. Pandit lebih menegaskan pada pembahasan teknis, misalnya evaluasi komposisi pemain, chalkboard pergerakan bintang lapangan, skema umpan-umpan final 3rd, lalu mengakhiri dengan kalimat, “Apa boleh buat, Thailand memang lebih kuat, teroganisir, dan visi bermain lebih baik.”

Sudah bukan zamannya bermain sepakbola hanya melalui analisa manual, atau berdasarkan intuisi semata. Apalagi dengan kecanggihan teknologi dan piranti yang ada, kini taktik sepakbola dibedah dalam bentuk statistik, grafis, skema, dan data-data lain, termasuk menganalisis calon lawan. “Kami concern agar sepakbola nasional kita mulai memperhitungkan penggunaan tools seperti ini,” kata Andreas Marbun, yang bersama Pandit Football berencana menjadi tim di balik layar klub Liga Super Indonesia musim depan.

Data, statistik, skema, dan membahasnya menjadi taktik yang dapat diterapkan untuk mengalahkan lawan, menjadi hal yang langka di sepakbola dalam negeri kita. Belakangan, kita mengenal tim High Performance Unit (HPU) macam ini, dikenalkan pada timnas U-19 lalu. Padahal, di luar negeri, komentator televisi maupun tim kepelatihan sebuah kesebelasan, mutlak menyandarkan analisisnya berdasarkan data. Berapa kilometer seorang pemain berlari menjelajah lapangan di area bermainnya, sampai bagaimana alur umpan sebuah tim, semuanya disajikan sebagai sebuah data ilmiah.

Seandainya saja, potensi mengembangkan sepakbola modern ini mendapat perhatian banyak pihak, niscaya sepakbola Indonesia bisa terus melejit, ke pentas dunia yang digembar-gemborkan itu. Atau setidaknya, menembus peringkat 120 FIFA, sebagaimana dijanjikan pengurus PSSI. Yang pasti, kejelian taktik dan membuat strategi membuat sepakbola sebagai permainan statistik nan unik, dan tak akan ada lagi komentar pasca pertandingan seperti, “Pemain sudah berusaha maksimal. Hanya saja takdir Tuhan membuat sepak bola Indonesia harus tetap menjadi runner-up seperti dua tahun lalu (SEA Games 2011).”

Leave a Reply

Your email address will not be published.