Menikmati hidup dimulai dari bagaimana Anda menikmati pekerjaan.
Dalam menempuh perjalanan karir lebih dari 2,5 tahun di KompasTv, mungkin saya termasuk orang yang beruntung. Baru berkenalan dengan dunia televisi, setidaknya saya telah mengecap tiga meja berbeda. Setengah tahun pertama menjadi korlip, koordinator peliputan yang menaungi pemberitaan di Jakarta dan sekitarnya. Masuk 2012, saya berada di pos koordinator peliputan daerah, berkomunikasi dengan kontributor dari Banda Aceh sampai Timika. Dan, setahun terakhir, saya bergeser di posisi produser dialog, mengurus hal ikhwal tema dan narasumber untuk segmen dialog di program Kompas Pagi, Kompas Petang, dan kini terfokus di Kompas Malam.
Menjadi produser dialog, garda terdepan yang berurusan dengan tamu alias narasumber, memiliki beberapa tuntutan.
Pertama, tentu jaringan alias networking. Tak sekadar memenuhi phonebook atau daftar pin telepon pintar dengan sederet kontak narasumber. Tapi, bagaimana memiliki keluwesan berkomunikasi dengan para akses VVIP itu, termasuk saat “tidak dalam kondisi membutuhkan”. Menyenangkan, karena di pos inilah, saya kembali merasa menjadi “jurnalis”. Datang ke KPK, Pengadilan Tipikor, nongol di berbagai event berita, atau nongkrong di kafe hingga larut malam dengan narasumber VVIP dengan alasan mentereng: “menjalin lobby”. Wartawan yang baik, adalah mereka yang tak membiarkan pantatnya menjadi panas di kursi kantor.
Kedua, penguasaan isu. Umumnya, tema dialog untuk sebuah program berita ditentukan sehari sebelumnya. Dalam rapat besar yang dihadiri dewan redaksi. Tapi, perkembangan isu, apalagi di media elektronik, bisa berlangsung cepat. Hitungannya tidak lagi per jam, tapi bisa menit atau sekon. Di sinilah, kita dituntut awas, mengetahui dan memahami banyak isu, dalam hitungan cepat. Membaca media cetak dan online menjadi hal yang mutlak dilakukan, tapi quick scan alias membaca cepat pun tak cukup. Membaca koran hari ini, yang beritanya dibuat kemarin, adalah sebuah sejarah. Untuk media yang bergerak cepat seperti televisi, urusannya adalah “what next?”
Ketiga, kerja tim. Tak ada superman dalam sebuah kelompok. Yang ada adalah supertim. Pun demikian dengan posisi ini. Produser dialog hanyalah sekrup, dalam mesin besar yang terdiri dari produser show, produser line, produser news, asisten produser, reporter di lapangan, host alias presenter, kru panel studio, program director alias pengarah acara, koordinator peliputan, koordinator siaran live, editor visual, penyeleras bahasa, dan lain-lain. Dalam industri yang melibatkan banyak orang seperti televisi, rumusnya sederhana, semakin Anda merasa sebagai yang paling superior, semakin Anda tak berarti dibandingkan yang lain.
Hampir tiga tahun di tempat bekerja, saya semakin menikmati peran saya. Bagaimana dengan Anda di sana?