Indonesia membutuhkan orang yang terus berdoa bagi negeri ini.
Jam 11.30 pagi waktu Maui, Hawaii, saat break season pertama seminar hari ini, saya berlari ke ruang komputer. Setengah sebelas pagi hari Selasa di sini, atau setengah lima pagi masuk hari Rabu di Jakarta, berita di Tempo.co mengabarkan terpilihnya pemimpin baru MPR. Politisi PAN Zulkifli Hasan terpilih menjadi Ketua MPR 2004-2019 dengan empat wakil ketua, yakni Mahyuddin dari Partai Golkar, Evert Erenst Mangindaan dari Partai Demokrat, Hidayat Nur Wahid dari Partai Keadilan Sejahtera, dan Oesman Sapta Odang dari Dewan Perwakilan Daerah.
Mereka memperoleh 347 suara, unggul 17 suara atas paket dengan komposisi Calon Ketua MPR Oesman Sapta Odang (DPD), dan wakil ketua adalah Achmad Basarah (PDIP), Imam Nahrawi (PKB), Patrice Rio Capella (Nasdem), dan Hasrul Azwar (PPP), yang memperoleh 330 suara.
Zulkifli Hasan, Ketua MPR yang baru, sebelumnya menjabat Menteri Kehutanan di era SBY-Budiono, merupakan politisi asal Lampung Selatan. Sekjen PAN ini sebelumnya menjabat Ketua Fraksi PAN pada periode DPR 2004-2009. Oktober 2011 lalu, Zulkifli besanan dengan pendiri PAN Amien Rais setelah putri sulungnya Futri Zulya Safitri menikah dengan Ahmad Mumtaz Rais.
Ini bukan persoalan mendukung Paket A atau B. Bukan pula keberpihakan pada Koalisi Indonesia Hebat atau Merah Putih. Tapi, dengan serial peristiwa politik yang baru terjadi belakangan –voting RUU Pilkada, UU MD3, Pemilihan Ketua DPR, dan terakhir MPR, mengisyaratkan politik Indonesia lima tahun ke depan bakal terus ‘gonjang-ganjing’. Ketika pemerintahan berkuasa ternyata dikepung kekuatan berlawanan yang dominan di parlemen, bisa jadi setiap kebijakan Jokowi-JK akan menuai goyangan nyaris tanpa henti.
Umat yang berdoa
Apa yang bisa kita lakukan? Ikut politik pun tidak. Jadi anggota dewan atau pejabat negara pun bukan. Kita bisa ‘berpolitik’ dalam bentuk lain: berdoa bagi Indonesia. Dengan doa, bangsa ini terhindar dari kerusuhan besar pasca polarisasi nan amat kuat pada pilpres lalu.
Minggu kemarin, menghadiri ibadah di Gereja ‘Door of Faith’ di Wailuku, Maui, takjub benar saat salah satu liturginya ternyata berdoa bagi bangsa dan negara. Dan, ada bendera Amerika dibawa tegak ke atas panggung saat Pendeta Barbara Tengan memimpin doa. Sebuah teladan yang asyik.
Rangkaian peristiwa politik yang baru dan sedang terjadi di Indonesia adalah warning, alarm kecil agar kita makin rajin berdoa. Karena tak ada setitik hal pun bisa terjadi di negeri ini, di luar izin dan kehendak-Nya.
Salam hangat dari Maui, Hawaii…