Saat mengemas berita, jangan terlalu banyak sisi yang ditampilkan. Ibarat nelayan mencari ikan, jangan menebar jaring dan meraup begitu banyak ikan. Fokus saja mengail satu ‘angle’, dan maksimalkan di situ.
http://www.youtube.com/watch?v=ebU0Zpfdnnc
Beranggotakan Petrus Tomy, Anthony Dennis, Temmy Siantar dan Patricius Dewo, kelompok ini fokus pada sebuah topik liputan sebagai pengerjaan Ujian Tengah Semester mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara. Menuju ke arena liputan, apalagi sebuah even besar seperti konser musik atau pertandingan sepakbola, ibarat masuk ke pasar nan berisi banyak barang dagangan.
Seorang pembelanja yang memiliki tujuan jelas seharusnya membawa daftar belanjaan, masuk ke lapak dan menemui orang yang sudah direncanakan, dan pulang membawa belanjaan sesuai kebutuhan. Itulah pentingnya perencanaan dalam pra produksi peliputan. Ingat, kalau kita gagal dalam merencanakan, sama saja kita merencanakan kegagalan.
Kelompok ini konsisten dengan tema penjual merchandise alias pernak-pernik timnas, jelang pertandingan kualifikasi Piala AFC U-19. Ditunjang penampilan percaya diri Tomy sebagai pembuka package, tema ini menjadi enak ditonton, setidaknya di bagian awalnya. Salah satu kekurangannya, yakni perhatikan wardrobe atau busana yang dipakai reporter on-cam. Jika merasa tulisan dalam kaos yang dikenakan bakal mengganggu (distruct) sebaiknya cari aman, mengenakan pakaian bermotif polos.
Dalam liputan bertema asesoris sepakbola seperti ini, sebenarnya sah-sah saja reporternya mengenakan jersey tim nasional sambil mengibarkan syal yang juga menjadi topik bahasan barang dagangan. Ini bukan persoalan netralitas atau nasionalisme, tapi lebih kepada bagaimana membuat liputan menjadi lebih ‘hidup’.
Saat mewawancarai narasumber, reporter berhak mengatur blocking maupun penampilan narasumber, atas nama estetika layar. Jika ia memakai kacamata gelap, yang tak berhubungan dengan kesehatan matanya, reporter atau cameraperson berhak meminta narasumber melepasnya sebentar. Begitu pula kalau narasumber mengenakan topi, bolehlah ditanggalkan barang sejenak. Apalagi kalau ia mengenakan topinya secara terbalik.
Selain itu, kala dialog dalam wawancara berlangsung, sebaiknya visual tak semata tertuju ke narasumber (one shot). Sekali-kali diarahkan kepada reporter selaku penanya, atau menyorot mereka berdua (group shot). Kamera harus mengikuti ke mana arah pergerakan visual ditampilkan. Kalau pedagang menunjukkan arah barang jualan tertentu, kamera pun harus diarahkan ke barang yang dimaksud. Tunjukkan secara detail (close-up) item yang disebut pedagang itu. CG yang miskin bisa diperkaya misalnya menulis: ‘Harga Pernak-Pernik Timnas dari Rp 5.000 – Rp 150.000’, ‘Asesoris Timnas mulai Stiker Hingga Jaket’, dan ‘Timnas Berharap Suntikan Semangat dari Dukungan Penonton’. Pada paket ini, hanya satu CG terpasang, salah cetak lagi: ‘Pedagang Semakin Ramai Menjalang Kick-Off’. Lakukan cek-ricek, double hingga triple control, demi memastikan kesempurnaan sajian yang akan dihidangkan pada pemirsa.
Kesan, Hambatan & Proses Peliputan
Kendala awal yang mereka hadapi yakni sepinya antusiasme penonton Indonesia melawan Timor Leste, berimbas pada rendahnya peminat dagangan pernak-pernik timnas. Masalah lain, yakni rendahnya kepercayaan diri mereka.
Dennis berkisah, di lokasi itu kebetulan ada sebuah program acara dari televisi swasta yang mengambil gambar di tempat serupa. “Karena kami berpikir mereka media resmi sedangkan kami hanya mahasiswa yang membuat tugas, kami mengalah dan menunggu sampai mereka pergi, lalu bergantian kami yang mengambil gambar,” kisahnya. Nah, jika media televisi yang disebutnya ‘resmi’ itu tak berkeberatan berbagi tempat, mengapa pula harus ‘mundur’ dan memberi jalan kepada media lain. Ini pelajaran penting, kalau waktunya mepet, take tak bisa diulang, dan sama-sama live berebut spot terbaik, masak harus mengalah pada ‘kompetitor’?
Saat liputan di GBK, kelompok ini bersenjatakan 1unit Kamera DSLR 60 D masing-masing dengan lensa 11-15 Tokina (wide) dan lensa Tamron 18-200 (tele), LED , Microfon Taxstar serta 1 set tripod Excel.
Dewo memaparkan, hambatan lain terjadi saat wawancara pun, lalu si pedagang meninggalkan reporter untuk menemui calon pembeli yang melihat-melihat dagangannya. “Setelah mencoba kedua kalinya akhir nya kami dapat mewawancarai pedagang itu,” kisah Temmy. Grogi boleh saja terjadi pada satu dua kesempatan, tapi selanjutnya ‘jam terbang’ akan mengantarkan reporter-reporter muda ini pada konfidensi lebih matang.