Bencana banjir bandang yang melanda Garut bak mimpi buruk di tengah malam bagi 2,5 juta jiwa warga kabupaten yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan ini. Curah hujan yang amat tinggi, mencapai 255 milimeter kubik per detik, ibarat hujan sebulan tertumpah dalam empat jam saja. Jelang pergantian hari, tanggul Sungai Cimanuk sepanjang 350 meter di Desa Kaum Lebak pun jebok. Di tengah kegelapan, warga melihat air berputar bak gasing panggal, menyapu bangunan dan kendaraan yang dilewatinya. Hanya dalam hitungan menit, atap rumah pun terlempar ke tengah sungai.
Dikepung tiga gunung besar yakni Gunung Cikuray (ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut), Gunung Papandayan (2.622 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), sulit membayangkan Garut terendam banjir besar. “Ketinggian banjir antara delapan sampai sepuluh meter, melebihi daya tampung Sungai Cimanuk, yang hanya enam meter,” kata Bupati Garut Rudy Gunawan.
Banjir pada Selasa malam, 20 September 2016 diyakini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Garut. Cerita dari mulut ke mulut warga menguak fakta, banjir bandang di area berjulukan ‘Swiss van Java’ itu pernah pada 1900 dan 1930. “Ada versi juga yang menyatakan bencana bah terjadi di 1957, tapi yang lain menganggap banjir 1957 tak masuk kategori banjir besar,” kata Jayadi Supriadi, pemuda asli Garut.
Dalam kunjungannya ke Garut, Presiden Joko Widodo menegaskan agar pelaku perusakan hutan segera ditindak. “Penegakan hukum, ini yang paling penting. Karena tanpa itu hutan, vegetasi, dan pohon ini akan terus digunduli. Saya perintahkan tindakan hukum dari Kapolri untuk para perusak lingkungan yang menyebabkan banjir bandang seperti yang terjadi di Garut ini. Tidak hanya di sini, saya kira di seluruh Tanah Air,” tegas Presiden di RSUD Dr. Slamet, Kamis 29 September 2016.
Data resmi hingga Jum’at 30 September 2016 menyebutkan, banjir di enam wilayah kecamatan ini mengakibatkan 34 korban meninggal dunia, 19 orang hilang dengan 2.525 korban terdampak banjir, termasuk yang tersebar di berbagai pos pengungsian. Kerusakan bangunan terjadi pada lebih dari 453 rumah tinggal, serta berbagai fasilitas umum, seperti sekolah dan RSUD Dr. Slamet yang ada di pusat kota Garut. Masa tanggap darurat penanganan bencana dan pencarian korban diperpanjang, dari batas semula pada 27 September 2016.
Negara bergerak cepat menunjukkan respon positif saat musibah mendera warganya. Saat menyambut Presiden Joko Widodo di Kampung Cimacan, Bupati Garut mengapresiasi tindakan cepat pemerintah, di antaranya dengan kehadiran tiga Menteri Kabinet Kerja dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki pada hari-hari awal bencana. “Menteri Sosial langsung memberi bantuan bagi korban, Menteri Kesehatan memastikan pelayanan kesehatan serta kondisi rumah sakit yang terdampak bencana, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memimpin penanganan darurat infrastruktur yang rusak,” kata Rudy Gunawan. Tak ketinggalan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengkaji penyebab bencana serta segera mempersiapkan rehabilitasi lingkungan.
Dalam situasi seperti inilah, solidaritas masyarakat langsung terlihat. Selain mencari korban hilang, warga bergotong royong membersihkan sisa-sisa lumpur dan bangunan yang rusak akibat terjaga banjir hingga setinggi empat meter. “Muncul semangat jibeh, bantu hiji bantu kabeh. Bantu satu untuk semua,” kata Jayadi. Pagi hari itu, warga langsung berkumpul, melakukan apa yang bisa dilakukan semampunya.
Tak ada muncul rasa menyalahkan atas musibah yang hadir tanpa disangka. Reaksi spontan menolong sesama dilakukan secepatnya, bersama-sama antara warga, penyelenggara pemerintahan, TNI/Polri dan dan kalangan swasta langsung bergerak cepat. Markas Kodim 0611 Garut menjadi posko utama penanggulangan bencana. Tercatat bantuan berbagai rupa mengalir dari banyak pihak, mulai kalangan warga, warung, sekolah, komunitas motor, LSM, pabrik krupuk, sampai sanggar senam.
Bencana sudah terjadi. Korban jiwa maupun kerugian material sudah melayang. Kini, bukan saatnya lagi bersedih. Saatnya bangkit, menata semangat untuk menjalani hari-hari ke depan, sembari terus mengupayakan pemulihan lingkungan, agar murka alam tak lagi menghukum kita semua.
seperti ditayangkan di http://ksp.go.id/semangat-jibeh-ala-warga-garut/