Konsep Berita Televisi: Sesuaikan Narasi dan Visual

Dalam liputan latihan timnas U-22 kali ini, gambar yang ditampilkan lebih cerah, dengan soundbyte cukup kuat. Namun, perlu kecermatan dalam menyajikan footage sesuai pesan dalam berita.

Berbeda dengan kelompok lain, tim Ujian Tengah Semester TV Journalism Universitas Multimedia Nusantara yang beranggotakan Brenda Eka Kristiana, Jessica Kristanti, Nadya El Nuha, Senya Gunasti, Shofa Nurjannah dan Tasya Tikadhanika menampilkan PTC (piece to camera) reporter di depan.

Sebagai pengantar sebuah paket berita berdurasi 2 menit 7 detik, PTC Shofa Nurjannah cukup ‘hidup’ karena tampil berlatar suasana latihan timnas. Sekilas ia menoleh ke belakang menunjukkan background situasi terkini menjadi nilai lebih.

Catatan khusus di sini, sebaiknya perhatikan antara narasi dalam paket dengan visual yang ditampilkan. Memang tidak harus persis kata per kata dengan potongan footage yang muncul, tapi setidaknya, sekuence yang hadir bisa lebih selaras.

Perhatikan saat  narator berkata. “Para pemain secara individu mendapat jatah menendang ke gawang… mengoper dan melakukan umpan silang masing-masing… kanan dan kiri, secara bergantian… Upaya tersebut diterapkan guna melatih teknik menyerang ke bertahan…” Nyaris tak ada gambar yang sesuai antara narasi dengan visual yang ditayangkan.

Kekurangan lain, tak ubahnya kelompok lain, mereka tak menampilkan CG sebagai judul dan sub judul dalam paket berita, yang berfungsi menegaskan message yang disampaikan narator. Musik latar yang menyertai paket ini menjadi nilai plus, terutama karena ditampilkan sesuai porsi dan tak menutup voice over-nya.

Nilai plus lain karena tim ini tak hanya melakukan sekali liputan ‘belanja’ gambar, serta kegigihan mereka mengejar narasumber. Tak puas hanya mendapat sound of tape Bima Sakti di lapangan, mereka mendapatkan kutipan asisten pelatih lain, Bayu Putera, di hotel tempat timnas menginap.

Di balik layar

Nadya, juru kamera serta reporter Jessica Kristanti dan Shofa Nurjannah, mengungkapkan, mereka dua kali melakukan peliputan di kompleks Pelita Harapan Karawaci. “Peliputan di hari pertama, kami belanja untuk stockshot. Juga membuat PTC. Kendalanya, tidak ada yang membawa lensa tele pada hari itu, sehingga menyulitkan untuk mengambil gambar yang jauh,” kenangnya.

Mentari Senya, juru kamera lain, menyatakan, setelah melakukan evaluasi, pada liputan hari kedua tim ini melengkapi apa yang dirasa kurang di liputan hari pertama. “Solusi terkait tidak adanya lensa tele adalah kami mencoba mencari tempat lain yang lebih menjangkau untuk pengambilan gambar,” urainya.

Brenda Eka, field producer dan editor, memaparkan, pada awalnya konsep ide yang mereka buat yaitu tentang jumlah masyarakat yang melihat latihan timnas. “Tetapi, setelah dipikirkan kembali untuk bagian SOT, kelompok kami bingung untuk mewawancarai, sehingga kami merubah angle menjadi teknik permainan,” jelasnya.

Sempat merasa kurang puas karena saat doorstep terhalang oleh wartawan media yang memang sudah senior, mereka pun datangi langsung ke hotel untuk dapat mewawancarai salah satu asisten pribadi Luis Milla.

Leave a Reply

Your email address will not be published.