Joko Widodo seolah tak habis akal bagaimana membuat setiap lakunya menjadi santapan empuk media.
Memang, secara logika ‘news value’ apapun yang dilakukan presiden pasti disantap oleh surat kabar, majalah, media online, radio dan televisi. Sebagai ‘newsmaker’, seorang presiden memenuhi kategori ‘public figure’ atau unsur ‘prominance’ (keterkenalan) dalam daftar persyaratan bagaimana bisa jadi sebuah berita.
Tapi, walaupun seorang presiden pasti jadi ‘newsmaker’, akan lebih ciamik lagi kalau apa yang dilakukan tokoh prominance itu dikemas benar-benar serius, agar disantap media, terutama secara visual.

Dan wow… setelah penyambutan resmi dilanjutkan pertemuan bilateral, konferensi pers dan penanaman pohon gaharu bersama, Presiden Joko Widodo tiba-tiba mengajak Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan nge-mall di Bogor Trade Mall (BTM).

Mengendarai buggy atau mobil golf yang disetirnya sendiri, Presiden Jokowi mengajak Presiden Moon blusukan ke pusat perbelanjaan yang berada tak jauh dari Istana Kepresidenan Bogor itu.

Sembari melepas jas di kota hujan, kedua presiden sempat membeli dua batik dan langsung mencobanya di tengah keramaian warga. Memang, kehadiran dua kepala negara ini langsung jadi perhatian dan pengunjung yang berebut selfie atau bersalaman. Tapi toh keberadaan keduanya di mall selama 15 menit tak mengurangi rasa untuk sejenak menjadi ‘orang biasa’. Bahkan, selain belanja batik, sebelum meninggalkan BTM, Presiden Jokowi dan Presiden Moon menyempatkan diri menikmati segelas teh khas Indonesia.

Gaya-gaya komunikasi ini, terlepas sudah disiapkan matang atau beberapa spot orisinil nan penuh improvisasi seperti minum teh gelas, menjadi nilai tambah. Selain agar menjadi santapan berita secara casual -bukan dalam gaya resmi- juga menunjukkan kepala negara berpenduduk besar, yang tetap dekat dengan rakyatnya.
Satu lagi tentu saja: meng-endorse ekonomi rakyat!
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/11_2ec94