Resolusi, Harapan Positif, Tahun Politik

Sudah mari kita tutup lembaran 2017 dengan segala hiruk-pikuknya. Detik ini kita sudah ada di 2018 dengan berbagai doa dan harapan terpanjatkan untuk 365 hari ke depan, diawali dari hari ini.

2017 memberi warna besar terutama pada silang sengkarut politik membawa pemisahan pada kawan, bahkan kerabat. Pilkada DKI Jakarta dan semua variabelnya mengingatkan kita pada Pilpres 2014 yang membelah dua bangsa ini. Dengan ending yang sudah diketahui -menyakitkan bagi sebagian orang- lembaran 2017 harus kita tutup rapat.

Tantangan 2018 tak kalah seru. Pilkada serentak akan digelar pada 27 Juni 2018 di 171 daerah, terbanyak sejak era pemilu serentak digelar pada 2015. Dari 171 daerah ini, ada 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada di 2018.

Beberapa pemilihan gubernur digelar di daerah besar, berpenduduk banyak, dan rawan geserkan, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, dan Papua.

Optimisme tetap harus disebar. Literasi internet tetap harus digalakkan, terutama agar masyarakat kian bijak dalam bermedia sosial. Dari penyebaran berita-berita palsu inilah biasanya perselisihan, konflik, dan ‘perang’ lebih besar bisa tersulut.

Di Bandung, akhir tahun pada pekan lalu, Presiden Jokowi mengingatkan agar Pilkada tidak memecah kerukunan yang telah berjalan selama ini.

“Saya titip negara ini negara besar, jangan sampai pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota, apalagi nanti menginjak pemilihan presiden 2019, jangan sampai pilihan berbeda karena demokrasi yang kita jalankan menjadi pecah, tidak rukun lagi. Jangan!” kata Presiden ketika memberikan sambutan pada Puncak Perayaan Hari Ulang Tahun Angkatan Muda Siliwangi (AMS) ke-51 di Gedung Merdeka Kota Bandung, Kamis 28 Desember 2017.

Saat itu, Presiden juga mengingatkan bahwa perbedaan jangan sampai menghilangkan persaudaraan sebagai sebuah bangsa. “Kita merupakan saudara sebangsa dan se-Tanah Air silakan pilih pemimpin negara yang paling baik setelah itu kita kembali jadi saudara sebangsa setanah air. Jangan sampai tidak saling sapa tetangga, antar kampung, antar teman. Jangan!” ungkap Presiden.

Dari sisi ekonomi, saat menutup perdagangan bursa akhir tahun, Presiden Jokowi juga menekankan agar pasar tak usah takut pada Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Tak usahlah para pengusaha ber-‘wait and see’ terus sembari menanti kepastian Pilkada 27 Juni 2018 dan Pemilu Raya 17 April 2019. Presiden berpendapat, toh ekonomi kita baik-baik saja. Bahkan saat perdagangan bursa ditutup 29 Desember 2017, Indeks Harga Saham Gabungan melejit pada rekor 6.355.

Presiden berharap agar semua pihak tidak perlu lagi menanggapi kabar-kabar yang mengkhawatirkan dan menjadikan bangsa ini pesimis. Justru harus memanfaatkan momentum yang sangat bagus ini untuk digunakan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.

“Kesimpulannya apa? Yang penting adalah jangan takut. Risiko selalu ada, tapi justru itu peluangnya,” kata Presiden.

Jadi, mengapa harus cemas. Mari tatap tantangan ekonomi dan politik 2018 dengan penuh percaya diri dan optimisme level tinggi.

Salam sukses, see u on top di 2018!

Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/1_2stgB

Leave a Reply

Your email address will not be published.