Sekian Lama Tuk Mengerti, Liverpool Jadi Misteri Yang Kian Terselami…

Hubungan antara suporter Liverpool dan tim kesayangannya ibarat seorang pria yang menikahi perempuan pilihannya. Makin hari selalu ada saja misteri baru dari pasangannya. Tidak ada yang konsisten. Yang konsisten adalah perubahan nan awalnya sulit dipahami. Termasuk kekagetan mengenai hasil akhir pertandingan. Dari Istanbul, Barca comeback, dan juga West Brom match pada Minggu malam, 16 Mei 2021.

Kebersamaan pencinta Liverpool dengan arsitek yang ini sudah lebih dari 5 tahun 7 bulan -dihitung dari tanggal ‘ijab kabul’ Jurgen Klopp 8 Oktober 2015. Klopp kadang masih memberi misteri, tapi teka-teki mingguan darinya kian terselami.

Jadi, ketika pada game week ke-36 di The Hawthorns, kandang West Bromwich Albion, tak ada Georginio Wijnaldum di daftar pemain sepak mula, para pendukung Liverpool sudah mengerti maksud Pak Mentor: ingin menyiapkan skema The Reds tanpa sang playmaker Belanda mulai musim depan. Apakah itu berpengaruh? Tidak bisa dibantah. Iya, tentu saja, karena trio Gini-Fabinho-Thiago (sosok terakhir sepertinya tak terlihat tapi sesungguhnya amat vital menjaga lingkaran tengah) merupakan kunci atas kemenangan sensasional di Old Trafford tiga malam lalu.

Bukti bahwa Klopp ingin menguji timnya tanpa Gini terlihat ketika pada menit ke-59, bukan calon pemain Barcelona bergaji Rp 1,8 miliar rupiah perminggu itu yang menggantikan Curtis Jones, tapi malah Xherdan Shaqiri.

Ultimately, Gini baru masuk pada menit ke-83 menggantikan bek tengah Rhys Williams. Saat ‘kuldesak’ alias jalan buntu kian menjadi. Berbagai hajaran Salah, Mane, Firmino, Thiago, Shaqiri sampai Alexander-Arnold gagal membuat Liverpool unggul. Gini sendiri gagal menorehkan namanya di papan skor saat menit ke-89 mendapat kesempatan menendang dengan ruang lumayan bebas di depan gawang Sam Johnstone.

Pada awalnya, kedua tim datang dengan habitus berbeda. Ekosistem dan tempat hidup Liverpool ada di zona elit Liga Champions.

“Kualitas Liga Champions akan turun jika Liverpool dan Juventus tak hadir musim depan,” kata Klopp.

Di sisi lain, West Brom adalah tim ‘yo-yo’. Hobinya naik turun level. Sejak era Ossie Ardiles, Gary Megson, Bryan Robson, sampai Alan Pardew.

Pada sepuluh tahun terakhir, delapan musim WBA ada di kancah EPL lalu dua tahun terjerembab di Liga Championship. Musim ini mereka promosi ke liga tertinggi bersama Slaven Bilic, yang ironisnya dipecat jelang Natal lalu. Pada hari pemecetan Bilic, dewan direksi klub yang saham mayoritasnya dimiliki pengusaha Tiongkok Lai Guochuan itu langsung menunjuk Sam Allardyce sebagai gantinya.

Dikenal sebagai spesialis juru selamat tim kritis dari relegasi, kali ini Big Sam tak kuasa menolong The Baggies, julukan tim yang konon diambil karena banyak pendukung WBA kerap memakai celana ‘baggy’ demi melindungi kaki mereka dari besi-besi cair di kawasan industri ‘The Black Country’ tempat bekerja.

Tampil sebagai tim numpang lewat bersama Fulham, Big Sam mengeluh bahwa makin lama EPL makin membosankan kala dikuasai tim-tim tertentu dengan taktik itu-itu saja.

“Sebagai manajer pada usia 66 tahun, saya sangat senang saya tidak berusia 30-an, dengan orang-orang memberi tahu saya apa yang harus saya lakukan dan bagaimana saya harus bermain. Itu merugikan dunia sepakbola. Yang ada hanya akan membosankan. Liga terbaik di dunia harus memiliki sistem yang berbeda, cara bermain yang berbeda,” gerutunya begitu WBA dipastikan tersingkir dari EPL untuk kali kelima setelah keok 1-3 dari Arsenal, pekan lalu.

Meski nasibnya sudah pasti berakhir di Liga Primer 2020/2021, para pemain West Brom bak memegang teguh semboyan Kostrad: Disiplin adalah nafasku, kesetiaan adalah kebanggaanku, kehormatan adalah segala-galanya. Cukup ironis bila dibandingkan dengan sang pelatih, yang memilih ngendon saja di bangku cadangan, bak ayam siap bertelur di bawah bohlam. Cocoklah jadi model iklan sponsor utama tim biru putih ini: pemanas ruangan dan ketel uap ‘Ideal Heating’. Beruntung bagi mereka, ada mantan legenda Liverpool, Sammy Lee, yang terus berteriak dari sisi lapangan.

Gol pertama pada laga ini menegaskan spirit tak menyerah para pemain West Brom. Tak ada skema rapi, hanya beradu mengambil bola dan menegaskan diri jadi ‘ball winner’, ditambah kelengahan bek kiri dan tengah Liverpool, jadilah Hal Robson-Kanu membuka skor di menit ke-15.

Beruntung, 18 menit kemudian, Mo Salah menuntaskan dengan baik kerjasama ‘Trio Firmansah’ yang diawali dari tendangan bebas Fabinho. Lesakan skor dari kaki terkuatnya. Kidal, kiri dalam. Kiri dari lahir.

Gol ke-22 Mo di EPL 2020/2021 menyamai capaian Harry Kane di puncak top skor. Total itu adalah gol ke-31 Mo Salah di semua kompetisi musim 2020/2021. Lebih akumulatif lagi, inilah gol ke-125 laki-laki Mesir itu selama berseragam Liverpool.

Demikianlah, di luar urung sahnya gol Kyle Bartley, bek West Brom yang dijerat pasal offside di menit ke-71, laga ini kemungkinan berakhir imbang 1-1.

Sampai kemudian, sukar dipercaya, di menit 90+5, kiper Alisson Becker maju menyundul bola hasil tendangan penjuru Alexander-Arnold. Bermula dari Mane yang frustrasi serangannya gagal terkonversi gol dan berbuah sepak pojok.

Sadio Mane, pria Senegal yang pada match sebelumnya jadi atensi karena ogah bertos-tangan dengan Klopp usai menaklukkan Manchester United, mengirim kode dengan tangannya, “Ayo, maju semua, teman-teman…”

Trent menendang dari sisi kanan gawang Johnstone, bola diperebutkan Nathaniel Phillips, Alisson dan tiga pemain West Brom yang dikomandani pemain pengganti Ainsley Maitland-Niles. Tap, kepala Ali yang berhasil ‘menangkap’ bola di tengah kerumunan. Kiper brewok menyundul tajam tak terjangkau kiper Johnstone. 2-1 di menit ke-95 untuk tim tamu!

“It’s the day of Alisson in Wonderland!” teriak sang komentator merujuk nama penyanyi dan disc-jockey asal Australia.

Alisson Ramses Becker menjadi kiper pertama Liverpool yang mencetak gol dalam pertandingan kompetitif sejak klub ini berdiri 129 tahun silam. Dalam rekor statistik Liga Inggris, pria Brasil 28 tahun ini menjadi penjaga gawang keempat yang bisa mencatatkan namanya sebagai pencetak gol, setelah Peter Schmeichel, Paul Robinson, dan Tim Howard.

Pada akhirnya, sembari tertawa kala menggandeng Alisson di akhir laga, Jurgen Klopp sendiri tak bisa mengerti kemisteriusan dirinya dan juga Liverpool. Selebrasi Klopp memang tak sekeren kala membuat aksi salut di depan suporter usai Divock Origi mencetak gol menit 90+6 yang menyamakan skor 2-2 dengan West Brom di Anfield, lima tahun silam.

Meski demikian, pelukannya pada Ali jadi penting karena menghidupkan asa Liverpool menuju habitat sejatinya: Liga Champions dalam dua pertandingan sisa di kandang Burnley dan menjamu Crystal Palace di akhir musim.

“Aku terlalu emosional. Sepakbola adalah hidupku, kami layak menang karena kami berjuang keras bersama. Ini gol terbaik yang pernah kucetak,” kata Alisson, tertawa tentu saja.

Ia pun mengenang kepergian sang ayah, Jose Agostinho Becker, yang meninggal dunia akibat tenggelam tengah malam di danau, salah satu kesedihan terbesar dalam hidupnya. Selain kepada rekan-rekan setimnya, Virgil Van Dijk langsung ngetwit gambar video Alisson saat pesta angkat piala juara musim lalu, Ali mempersembahkan gol ini pada isterinya Natalia Lowe serta sepasang anaknya: Helena dan Matteo.

Pertandingan epik dari sebuah tim misterius yang layak dicinta, ternyata telah menjadi kebahagiaan hati yang tiada terperi!

seperti ditayangkan di https://kanalbola.id/sekian-lama-tuk-mengerti-liverpool-jadi-misteri-yang-kian-terselami/

Sekian Lama Tuk Mengerti, Liverpool Jadi Misteri Yang Kian Terselami…

Leave a Reply

Your email address will not be published.