Kami bertemu lagi, setelah lebih dari satu dekade.
Heda Bailey. Perempuan asal Sunda, tapi lama bermigrasi ke Australia. Saya mengenalnya sejak 2006. Kala itu, saya bergabung sebagai reporter Radio CVC Australia di Jakarta. Meski bertugas di Jakarta, sempat juga dua kali dapat kesempatan menengok kantor pusat di Maroochydore, sebuah kota kecil berjarak sekitar sejam dari Brisbane, ibu kota negara bagian Queensland.
Dalam trip ke Aussie itu, sempat pula saya menginap di rumah Heda. Di malam tahun baru, pergantian dari 2006 ke 2007. Rumahnya di King’s Beach, daerah pantai pinggiran di Caloundra, region Sunshine Coast. Saya ingat kenangan itu. Hari pertama 2007, bermain bola bersama anak-anak Heda: Audi dan Robert. Lima belas tahun silam, hehehee..

Saya ingat, Heda pernah masuk Harian Kompas. Saat itu, seorang wartawan Kompas, sahabat baik saya, Cesar Alexey, tengah meliput event otomotif, dan menemukan bahan tulisan ringan: seorang perempuan yang sangat getol mempromosikan batik di Australia.
Kini, berjumpa lagi dengan Heda, Audi, dan Robert. Mereka singgah di Jakarta, usai sebuah acara keluarga, pulang kampung ke Bandung. Tentu dua lelaki blasteran itu sudah sangat besar. Tinggi, khas Aussie. Bersyukur juga mereka sempat ke Yogyakarta. Bertemu Einzel, yang dapat kesempatan emas belajar bahasa asing dari ‘native speaker’.

“Mereka anak-anak teknik,” kata Heda memperkenalkan ulang Audi -konon nama ini kepanjangan Australia Denpasar Indonesia dan Rob, yang sempat-sempatnya kuliah online dalam liburan kali ini. Ahli Teknologi Informasi, dan bekerja di sebuah kantor software yang di Jakarta ini kantornya di area Senayan.
“Tapi, kan saya ke sini bukan untuk bekerja,” kata Audi.

Adapun Rob, seorang pencinta olahraga panjat tebing. “Orang-orang Bandung bilang, skillnya di atas rata-rata,” kata Heda.
Hari terakhir sebelum balik ke Aussie, Heda sempat ke Senayan. Kami berkeliling setidaknya ke tiga bank di sana. Ia ingin membuka rekening bank di Indonesia. Siapa tahu nanti bisa menghabiskan masa tua dan berinvestasi di tanah leluhurnya. Sayang, syarat membuka rekening di Indonesia harus punya KTP dan NPWP. Tak cukup paspor dan surat keterangan dari konsulat jenderal. Baik bank pemerintah, bank swasta, maupun bank internasional. Semua kebijakannya sama. Sayang sekali.

Heda pamit, kembali ke benua kecil itu dengan rute cukup mengagumkan: Jakarta-Kuala Lumpur-Bali-Brisbane.
Semoga waktu mempertemukan kami kembali. Abadilah persahabatan dan persaudaraan kita, Teh Heda…
