Kembali ke Papua, kembali ke Swiss-belhotel Jayapura. Pengalaman dompet hilang dan ketemu dengan selamat.
Dalam dua bulan, dua kali ke Jayapura. Nginapnya pun sama, di Hotel Swiss-bel, kawasan ruko Pasifik Permai yang langsung menghadap Pelabuhan Jayapura. Bedanya, kali ini kamar 507 yang saya singgahi dari 4-8 Desember 2022 tidak menghadap ke laut seperti bulan lalu.
“Saya suka hotel ini karena front officenya selalu warga lokal,” kata Rama Sofiandri, teman kerja saya. Orang-orang Papua di lobby hotel ini pekerja keras, 24 jam siap membukakan pintu lobby bagi tamu hotel. Pun mereka sudah terlatih menyapa, “Selamat Pagi, Selamat Malam, Bapa…”
Keramahan itu pun terbukti saat saya kebingungan mencari dompet saya, semalam. Perasaan masih ada ya, saat usai keluar dari hotel perjalanan ke rumah kawan baik di kawasan Sentani. Dompet itu terakhir saya pegang saat turun mobil menuju lobby.
Malam hari, makan di rumah makan ‘Sabar Menanti’, saya kaget karena tak ada dompet di tas. Untung bawa ATM, jadi bisa ambil uang dulu di bank. Usai makan nasi goreng berlauk dadar telur yang seporsinya Rp 25 ribu, saya kembali ke kamar. Ah, paling dompet itu ketinggalan di hotel.
Seluruh isi kamar sudah saya ubek. Dari tas, seprei, sampai koper, tak ada juga. Pun juga saat kembali ke warung itu dengan berjalan kaki pakai sendal hotel, demi memastikan dompetnya tak jatuh di sana. Sempat bertemu anak muda Papua, mencari belas kasihan dengan cara menjual buku renungan harian ‘Air Hidup’ yang dipatoknya seharga Rp 20 ribu.
Nihil.
Di kamar, saya telpon resepsionis. Saya jelaskan kondisinya. Petugas hotel minta waktu, lalu dalam telpon berikutnya, ia sampaikan aka nada petugas datang ke kamar. Benar, kamar saya diketuk. Dompet tersayang itu terbungkus plastik, disertai buku ‘lost and found’ yang harus ditandatangani.
“Silakan Bapak periksa, uangnya masih utuh. Rp 421 ribu,” kata Yakub, petugas security hotel dan seorang koleganya.
Sebuah pengalaman belajar dari Pace-Pace Papua. Salut, Swissbel, hormat diberi!