Program Kartu Prakerja Skema Normal sesuai Peraturan Presiden No.113/2022 dirancang untuk lebih meningkatkan kompetensi pesertaya. Dengan durasi pelatihan minimal 15 jam, pelatihan-pelatihan pada Program Kartu Prakerja akan berlangsung secara lebih massif, tak hanya secara dalam jaringan (daring) atau online, tapi juga offline.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal itu dalam dialog ‘Indonesia Bicara’ bertopik ‘Program Kartu Prakerja Menjawab Tantangan Dunia Kerja’ di TVRI, Senin, 19 Desember 2022. Dalam talk show yang dipandu Happy Goeritman ini, hadir narasumber pendamping Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro. “Program Kartu Prakerja sepenuhnya didesain sebagai jembatan agar angkatan kerja kita bisa lebih mudah masuk kebutuhan lapangan kerja yang tersedia,” kata Airlangga.
Airlangga menekankan, Program Kartu Prakerja hadir menjawab kekosongan pendidikan di saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Dengan metode pelatihan daring yang menjadi kelebihan Program Kartu Prakerja, lebih dari 16 juta masyarakat bisa mengikuti pelatihan secara online, ditambah lagi saat itu skema Kartu Prakerja berubah, dari pelatihan full menjadi semi bantuan sosial. Tahun depan, saat skema normal diterapkan, bantuan biaya pelatihan pada Program Kartu Prakerja akan jauh lebih tinggi daripada nominal bansosnya, terlebih karena skema pelatihannya tak hanya daring, tapi juga melalui pertemuan tatap muka.
Menko Airlangga menekankan, lebih dari 40 juta orang mendaftar Program Kartu Prakerja, dengan 16,4 juta warga menjadi penerima manfaat dalam 47 gelombang pendaftaran. “Kartu Prakerja menjangkau banyak pihak secara inklusif, berkat teknologi digital yang digunakan,” ungkapnya.
Ditegaskannya, Program Kartu Prakerja menjadi satu-satunya program dengan jangkauan sangat luas dan menarik minat masyarakat begitu tinggi. “Kalau tidak menggunakan artificial intelligence, tak mungkin program ini bisa menyeleksi 40,8 juta pendaftar, termasuk menyaring sisi inklusif pesertanya,” kata Airlangga.
Data Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja menyebut, Kartu Prakerja memberi akses pelatihan dan perlindungan sosial di 514 kabupaten dan kota se-Indonesia. Dari keseluruhan peserta program, 86 persen belum pernah mengikuti pelatihan, 51 persen perempuan, 19 persen berpendidikan SD ke bawah, tiga persen merupakan penyandang disabilitas, dua persen berada di kabupaten tertinggal, dan tiga persen purna pekerja migran.
Terobosan lain dilakukan karena Program Kartu Prakerja menjadi pionir G2P (Government to People Program) sehingga meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. “Seperempat dari peserta Kartu Prakerja sebelumnya tak punya rekening bank dan e-wallet. Dengan menjadi peserta program, mereka menerima dana yang diberikan kepada peserta langsung dari pemerintah, melalui bendahara negara, tanpa mampir ke kementerian, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kota/kabupaten. Semua langsung diterima tanpa terkurangi serupiah pun,” jelasnya.
Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menguraikan, dengan era industri 4.0, ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki angkatan kerja saat ini. “Seorang pelamar kerja harus memiliki keterampilan komputer, manajemen data, hingga analisa data pada pengambilan keputusan. Berikutnya, ia harus bisa melakukan riset pada data,” kata Ari Kuncoro.
Selain hard skill, seorang pencari kerja juga harus memiliki soft skill, antara lain kepemimpinan, kemampuan untuk bekerja bersama tim, public speaking, negosiasi, ketepatan waktu, dan kreativitas. “Di masa kini, seseorang tak harus terikat pada perusahaan, tapi ia bisa menciptakan rantai kerja sendiri,” kata Ari.
Ari menambahkan, saat melamar kerja, seseorang tak cukup menyertakan ijazah formal. “Ia harus mempunyai kompetensi. Di sinilah peran dunia akademik untuk mempercepat adaptasi pada dunia nyata, sehingga pendidikan tinggi menjadi relevan,” jelasnya.
Selengkapnya di