Masjid Al Jabbar dan Emil Golkar

Di antara perjalanan singkat sehari ke Bandung, sempat singgah ke masjid baru kebanggaan warga Jawa Barat.

Kamis siang lalu, acara resminya ke Polda Jabar. Ada penghargaan dari Komite Cipta Kerja ke polisi karena keberhasilannya mengungkap kasus manipulasi data pendaftar Program Kartu Prakerja. Setelah acara kelar, seorang kawan membisiki bahwa lokasi Polda Jabar di kawasan Gedebage, tak jauh dari Masjid Al Jabbar, yang baru diresmikan Gubernur Ridwan Kamil, 30 Desember 2022.

Setelah cek di Google Maps jaraknya hanya sekitar 3 kilometer, dari Mapolda, saya pun mengarahkan Abrori, driver kami, menuju lokasi tersebut. Tak jauh memang, tapi kemudian kami diputar cukup jauh, padahal lokasinya sudah amat dekat. Kami ‘dibuang’ melewati Stadion Gelora Bandung Lautan Api, yang eksteriornya mirip ban raksasa itu. Sempat terpikir membatalkan kunjungan, akhirnya kami tetap mampir di ikon baru Jabar yang juga disebut ‘Masjid Terapung’ itu. Waktunya Sholat Dzuhur bagi yang menjalankan.

Wah, ramai benar. Saya tak bisa bayangkan betapa membludaknya lagi jamaah kalau kami datang pas Jumat. Atau weekend. Banyak yang berfoto. Banyak yang berjualan. Dari bakso sampai lato-lato.

“Wah, atapnya seperti di Madinah,” kata kawan fotografer saya, Hafizh Zuhdi.

“Lagi di masjid kebanggaannya RK, nih,” sahut Agus Setio, sahabat saya di Bandung, saat saya kirim foto situasi di sana.

“Awalnya masjid itu banyak kontroversi. Tapi setelah jadi, ya banyak yang mendukung. Menggerakkan ekonomi,” kata Adi Sasono, Pemimpin Redaksi Tribun Jabar yang bertemu di Brewspace, Bandung, sore itu.

Detikcom menulis, masjid ini yang dibangun di lahan seluas sekitar 25 hektare ini memiliki kapasitas sekitar 30 ribu orang, dengan rincian 10 ribu orang di area dalam (indoor) dan 20 ribu orang di area plaza. Proses pembangunannya memakan waktu tujuh tahun, diawali pada 2015-2017, proses perancangan (desain) masjid oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Perlu dana Rp 1 triliun merampungkan pembangunan masjid.

Disebut sebagai masjid terapung karena Al Jabbar okoh berdiri di tengah sebuah embung, atau kolam retensi. Jika permukaan air di kolam retensi Gedebage mencapai batas maksimal, maka Masjid Raya Al Jabbar yang berdiri megah di tengahnya akan tampak mengapung di atas danau.

Usulan membangun masjid milik Provinsi Jawa Barat dimulai di era Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Saat itu, Provinsi Jawa Barat masih menumpang kepada Masjid Agung Bandung karena belum memiliki masjid sendiri. Sementara berdasarkan ketentuan yang berlaku, setiap level pemerintahan memiliki masjidnya sendiri, yaitu Masjid Negara milik negara, Masjid Raya milik provinsi, Masjid Agung milik kota dan kabupaten, Masjid Besar milik kecamatan, dan Masjid Jami milik desa. Saat itu, Ridwan Kamil yang juga seorang arsitek menawarkan diri untuk membuat rancangan Masjid Al Jabbar.

Filosofi Al Jabbar yang merupakan salah satu asmaul husna, yang punya makna Maha Perkasa. Sementara dilansir dari laman Kompas.com, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan bahwa nama yang digunakan terkait dengan filosofi desain masjidnya. Diketahui filosofi desain Masjid Raya Al Jabbar yaitu mengembalikan masa kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan. “Jadi Aljabar ini, karena namanya Al Jabar Jawa Barat, Aljabar juga matematika rumusnya juga datang dari matematika dari sebuah rumus. Kalau matematika jadi sebuah angka, kalau arsitektur rumus itu jadi tiga dimensi,” ungkap Emil di Gedung Sate.

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, pekan ini juga membuat keputusan yang sebenarnya tak terlalu mengejutkan. Ia menyatakan diri bergabung dengan Partai Golkar, sementara dirinya lekat dengan predikat politisi independen. Baik sejak menjabat Wali Kota Bandung hingga jadi Gubernur Jabar.

Selamat untuk legacy dan lompatannya, kang…

Leave a Reply

Your email address will not be published.